Gambar : Telegram Channel Pixel Art


"Ummi mau kamu jadi anak yang sholeh ya Hussei." ucap seorang wanita paruh baya yang sedang mengelus rambut anak lelakinya. 

Sang anak menatap dengan setengah heran, anak seumurannya mungkin belum paham apa arti sholeh itu sendiri. Dengan kepolosannya ia bertanya dengan tetap mendongak pada ibunya yang masih membelai kepalanya. 

"Sholeh itu apa ya Ummi?" 
"Sholeh itu, artinya Hussei jadi anak yang baik, pintar, rajin shalat, bisa baca Qur'an dan bisa nyenengin Ummi." senyum sang Ibu terasa sangat menghangatkan, dikecupnya putra semata wayang kesayangannya itu dengan penuh cinta.

Ibu yang penyayang itu bernama Salma, sehari-hari berprofesi sebagai guru agama di sekolah dasar tidak jauh dari rumahnya. Ia merupakan guru yang disenangi oleh hampir semua murid di sana, guru-guru bahkan kepala sekolah juga segan dan senang dengan keberadaannya. 

Caranya mengajar sungguh total dan keibuan, tidak ada murid yang difavoritkan atau dikucilkan jika sudah dididik oleh Salma. Ia kerap memberi nasihat yang menyenangkan dan mudah diterima oleh semua anak, tidak menghakimi atau memukul walau hanya menjewer telinga. 

Hal itulah yang membuatnya sangat dihormati dalam lingkungan pekerjaannya. Tidak hanya di sekolah, dalam masyarakat terutama komplek rumahnya Salma juga terkenal ramah dan suka berbagi makanan dengan tetangganya. Jika ada yang kesulitan, ringan tangannya untuk menolong. Bahkan ia pernah menyisihkan setengah dari gajinya untuk menebus biaya rumah sakit tetangga satu kompleknya. 

Jika ada pemulung, pengemis atau anak-anak yatim itu adalah saat bersemangatnya Salma untuk bersedekah. Tidak sulit baginya merogoh kocek untuk membuat mereka bahagia dan pulang dengan perut kenyang. 

Ia hanya memiliki satu orang anak laki-laki yang sangat ia jaga dan sayangi, namanya Hussei. Wajahnya tampan, lucu dan menggemaskan, setiap yang hadir ke rumah Salma untuk melihat Hussei pasti tenang dan sejuk hatinya. Anaknya sama baiknya dengan ibunya, karena sejak kecil Salma selalu menanamkan nilai-nilai keagamaan pada Hussei kecil yang membuatnya sangat cerdas. 

"Hussei mau ngasih Ummi mahkota nanti di surga," ucap anak kecil itu dengan senyum polosnya. Air mata Salma jatuh tak terelakkan ketika mendengar kalimat itu dari sang Anak yang baru berumur lima tahun, harapannya ketika ia mati nanti, Hussei alan menjadi seorang pemuda yang akhlak dan perilakunya mencontoh Baginda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam. 

Mengenai ayah Hussei, sejak usia kandungan Salma berusia enam bulan Allah telah memanggilnya untuk beristirahat di alam Barzakh. Suami tercintanya itu hanya berpesan pada Salma bila sang Anak telah lahir ke dunia ia ingin agar Hussei dididik dengan baik dan kasih sayang, jadikan ia anak yang berbakti dan bermanfaat bagi ummat. 

Pesan ayah Hussei itu selalu diingat oleh Salma dan ia memang menjalankannya sesuai perintah suaminya. Harapan demi harapan yang dibangun Salma pada Hussei selalu berbuah manis. Sang anak selalu mendapat peringkat tiga besar di kelasnya walau tidak selalu peringkat satu, namun itu sudah lebih dari cukup untuk membuat guratan senyum di wajah Salma.

Tentunya pelajaran agama Hussei menjadi yang tertinggi, karena latar belakang sang Ibu yang merupakan guru agama islam. Hussei tidak hanya seorang anak yang pandai namun juga santun terhadap orang yang lebih tua, bicaranya lembut, murah senyum, suka menolong, dan banyak lagi sifat-sifat Rasulullah yang telah mendarah daging karena ditanamkan oleh Salma.

Menginjak usia dewasa, Hussei telah menjadi pemuda seutuhnya, dengan wajah dan akhlak yang baik tidak heran banyak yang menyukai Hussei walau cukup banyak pula yang iri dan membencinya. Urusan jodoh, ibunya hanya berpesan agar memilih yang tepat, jangan hanya indah luarnya tapi dalamnya juga harus baik.

"Kalau kamu mau, Ibu bisa loh kenalkan dengan anak teman pengajian Ibu, Insya Allah anaknya sesuai kriteria kamu." ujar sang Ibu saat sedang memotong bawang di dapur. 

Hussei tidak perlu berpikir lama untuk menanggapi tawaran ibunya itu. "Kalau menurut Ibu itu yang terbaik untuk Hussei, Insya Allah Hussei mau Bu," jawabnya dengan yakin.

Hanya perlu waktu dua bulan untuk mendekatkan mereka dengan ta'aruf dan khitbah, kini Hussei telah resmi dan halal dengan kekasihnya. Namanya Aisyah, seperti nama istri Rasulullah. Kepribadian yang diharapkan Hussei juga demikian, ia cantik dan sangat taat pada Hussei, benar-benar istri idaman baginya.

Selama ini harapan yang ada telah tercapai, investasi waktu, tenaga dan ilmu dari Salma telah digunakan dengan sebaik-baiknya oleh anaknya Hussei, tiada lagi keraguan dan kekhawatiran akan kehidupan sang anak dan menantunya itu. Kini Salma hanya perlu menghabiskan hari-harinya dengan fokus ibadah dan semakin mendekatkan diri pada Allah hingga tiba waktunya dipanggil menghadapnya.


CerPen ini merupakan trilogi dari cerita pendek lainnya, silakan baca 2 kisah lainnya ya tapi tidak perlu berurutan kok bacanya :