Gambar : Telegram Channel Pixel Art


Aku sangat menyayangi Ummi, ia selalu mengajariku hal-hal yang baik, ia juga seorang yang disukai oleh banyak orang di sekitarnya. Siang dan malam waktunya dihabiskan untuk kebaikan, untuk membantu sesama, bekerja, ikut pengajian dan banyak lagi.

Walau begitu, aku tidak pernah ia telantarkan. Agama dan jam bermainku selalu dijaga oleh Ummi. Dari makanan, teman, tontonan hingga waktu tidur juga dijaga ketat olehnya. Namun aku tidak terbebani dan merasa nyaman dengan semua aturan Ummi, karena bagaimanapun Ummi bilang ini semua untuk kebaikanku kelak.

"Nak, dunia ini hanya sementara. Akhirat yang utama, karena di sana tujuan kita yaitu surga," itulah kata-kata yang sering Ummi sampaikan padaku dan membuatku selalu termotivasi untuk mempersiapkan bekal menemui ajal. 

Sebagai manusia, tentunya aku pernah berbuat salah. Terkadang aku lelah dan ingin bermain lebih lama dengan teman-teman hingga kabur lewat jendela, sesampainya di rumah Ummi lantas tidak langsung memarahiku, ia hanya memberi dua pilihan hukuman.

Yang pertama, menghapalkan juz 30. Atau yang kedua, uang jajanku dipotong lima puluh persen. Hal itu yang membuatku berpikir keras, karena konsekuensinya sama-sama berdampak dengan kehidupanku. Akhirnya aku lebih memilih menghafalkan Al-Qur'an saja, itu menurutku jauh lebih baik daripada jatah uang jajanku berkurang. 

Terkadang aku diajak oleh Ummi pergi ke panti asuhan untuk melihat-lihat keadaan anak-anak di sana, Ummi selalu berpesan padaku untuk selalu bersyukur dengan kehidupan yang telah Allah berikan, karena di luar sana masih banyak yang hidupnya tidak seberuntung kita. 

Dari banyak hal tadi, aku selalu berdoa di setiap selesai shalat agar Allah selalu memberikan kesehatan pada Ummi dan aku juga selalu memohon agar diriku dikuatkan dalam menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.

Pernah juga suatu saat aku bertanya pada Ummi soal di mana keberadaan ayah. Ummi menceritakan semuanya, bagaimana sosok ayah atau bisa kusebut dengan Abi itu dengan lengkap. Ternyata Ummi jatuh cinta pada Abi karena akhlak dan perilakunya yang baik dan mencerminkan sifat Rasulullah. Maka dari itu aku dididik oleh Ummi agar bisa jadi seperti Abi dan Rasulullah.

Aku tentunya sangat bersyukur dengan keluargaku saat ini, walau kami hidup dengan sederhana. Tidak seperti beberapa temanku yang biasa kulihat di sosial medianya selalu memposting sedang makan di restoran mewah, jalan-jalan ke luar negeri, beli jam tangan dan smartphone baru, beli mobil baru, dan lainnya. Aku lebih senang dan bersyukur dengan keadaanku saat ini, jika ku amati bahkan mereka yang sering aktif di sosial media terkadang bermasalah dengan kehidupan aslinya.

Ada yang berasal dari keluarga broken home, ikut tren dan pergaulan bebas, suka meninggalkan shalat dan masih banyak lagi. Mungkin keadaanku saat ini adalah cara Allah agar diriku tidak terjerumus pada hal-hal yang seperti itu. Atau bisa jadi diriku seperti sekarang ini adalah hasil dari doa orang-orang terdekatku agar aku terjaga dari hal-hal yang Allah tidak sukai.

Masalah teman aku cukup memilih orangnya, bukan karena sombong atau bagaimana. Tapi agama seseorang itu salah satunya dilihat dari agama temannya, jika teman-temannya baik maka kita juga ikut kecipratan manfaatnya. Sebaliknya jika tidak, maka imbasnya pun kita yang merasakan. Jika kurasa orang yang kukenal tidak menunjukkan tanda-tanda kebaikan, maka aku hanya cukup mengenalnya saja tidak dijadikan teman dekat.

Kalau soal jodoh, aku lebih pemilih lagi. Karena istri adalah teman yang kita ajak ibadah selama hidup, jadi harus cari yang tepat dan mau di ajak menuju kebaikan dalam waktu yang panjang. Alhamdulillah-nya Ummi telah memilihkan aku pada seorang gadis yang mana itu merupakan anak teman pengajiannya.

Ketika aku tahu siapa dia, rupanya ukhty itu adalah seorang yang selalu kusebut dalam doaku, Aisyah namanya. Sudah lama aku mendambakannya, mencintai dalam diam dan bermunajat dalam doa. Itu yang selalu kulakukan, Allah memang maha mendengar dan maha tahu apa yang terbaik untuk hambanya. 

Tidak pernah aku kecewa dalam berdoa padanya.


CerPen ini merupakan trilogi dari cerita pendek lainnya, silakan baca 2 kisah lainnya ya tapi tidak perlu berurutan kok bacanya :