Aura ungu yang baru saja mereka bangkitkan terasa menusuk ke arah tiga dewa itu, mereka dapat merasakan itu bukanlah ancaman biasa dan segera mengambil sikap waspada. Dalam kasus biasa seorang pejuang harus membangkitkan aura dengan warna gabungan seorang diri dan itu cukup sulit bagi seorang pemula.

Namun kini di hadapan mereka bertiga ada dua orang anak yang menggunakan cara cerdas yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yaitu menggabungkan dua warna aura berbeda mereka. 

"Man, apa menurutmu kita bisa melakukannya?" tanya Arwan.
"Pasti bisa, kita kan sudah latihan serius bersama Master," Larman meyakinkan.

**

"Hari ini aku akan mengajarkan kalian sebuah trik untuk membuat kalian lebih kuat," ujar Alwendi saat Larman dan Arwan sedang fokus berlatih.

Mendengar itu kedua muridnya segera berhenti dan menghadapnya. Mereka tentu penasaran hal apa yang akan dibagikan oleh guru mereka. 

"Apa itu Master? Apa jurus baru lagi?" Arwan terlihat bersemangat sambil memukul-mukul udara dihadapannya.

"Bukan, ini tentang warna aura yang biasa kalian gunakan saat pertarungan. Masing-masing dari kalian telah mengaktifkan aura dengan warna yang berbeda dan tentunya itu sangat membantu kekuatan tempur kalian. Arwan dengan aura merah dan Larman dengan aura biru," kata Alwendi. "Namun ada tingkatan lagi di atas aura satu warna ini, yaitu penggabungan,"

"Warna aura yang digabung?" tanya Arwan.
"Apa kami harus mengaktifkan warna lain lagi?" Larman juga ikut bertanya karena penasaran.

"Normalnya memang begitu, namun mengingat waktu ujian kalian sudah dekat, jadi aku akan melatih kalian lebih keras dalam percepatan ini,"

**

Kedua tangan mereka telah diturunkan, kini masing-masing sudah ditutupi dengan aura berwarna ungu terang. Larman dan Arwan saat ini merasa diri mereka sedang mendapat kekuatan super. Aura warna gabungan ini jauh lebih kuat dari satu warna.

Namun bebannya juga berat jika tubuh mereka tidak dapat menahannya. Kuda-kuda mereka sudah siap, hanya menunggu beberapa saat sampai keduanya menerjang ke tiga dewa itu. 

Di sisi lain Telaf, Matju dan Tubas juga sudah bersiap menerima serangan. Telaf mulai merapatkan pedang dan perisainya, ia berjaga-jaga terhadap kemungkinan kekuatan aura ungu itu. Matju melapisi dirinya dengan air hingga seperti di dalam bola dan Tubas mulai serius dengan wajahnya. 

"Satu ...." Arwan mulai menghitung.
"Dua ...." diikuti oleh Larman.
"Tiga!" ujar mereka berdua dengan nada membara.

Larman dan Arwan melaju dengan cepat, kini target mereka bukanlah Telaf atau Matju namun dewa dengan tubuh terkuat dan terkeras yang berada di tengah yaitu Tubas. Melihat itu, Tubas langsung memasang kuda-kuda bertahan.

Dengan cepat Larman telah berada di belakang Tubas dan Arwan kini bersiap menerjang di hadapan. 

"Bruak!" sebuah hantaman baru saja dilontarkan dari belakang oleh Larman, pukulan itu membuat bagian belakang Tubas mulai retak. "Cih, aku tidak bisa melihat gerakan mereka," gumam Tubas. 

Belum sempat Tubas memperbaiki posisinya kini dari arah depan pukulan Arwan telah sampai ke tubuhnya. Bruak. Tubas menjadi bingung dan cukup kesakitan dengan dua serangan tadi. Namun bagi kedua petarung itu ini baru permulaan.

"Brak, Bruk, Brak!" 

Pukulan bertubi-tubi terus dilancarkan Larman dan Arwan ke arah Tubas, kini Tubas hanya bisa bertahan dan terus terpojok. Sebuah kerugian baginya karena kecepatannya tidak unggul dan kekuatan dua petarung itu bisa dikatakan sama dengan kekuatan serangan miliknya.

Dalam situasi tak terduga itu Telaf dan Matju tak tinggal diam dan segera masuk ke pertempuran untuk membantu Tubas, namun tidak disangka Larman dan Arwan merubah haluan serangan mereka di saat kedua dewa itu sudah mendekati Tubas. 

Larman menyerang Telaf dengan pukulan bertubi-tubi dan membuat perisai serta pedang Telaf hancur, hingga Telaf tersungkur di atas tanah. 

Arwan berhasil memotong bola air yang menyelimuti tubuh Matju dan menyerangnya segera, pukulan demi pukulan tidak dapat terelakkan, awalnya Matju berhasil menahan beberapa serangan Arwan namun lama kelamaan serangan Arwan menjadi semakin cepat dan brutal, membuatnya harus kalah dalam pertandingan satu lawan satu itu.

Kini ketiga dewa telah jatuh ke tanah, tubuh mereka terasa sakit, dampak serangan Larman dan Arwan sungguh di luar dugaan mereka. Namun di sisi Larman dan Arwan tubuh mereka juga mulai kesakitan akibat efek samping penggunaan aura ungu itu. 

Dada Arwan dan Larman mulai sesak karena tekanan dalam tubuhnya, kaki dan tangan mereka mulai terasa keram. Namun mereka masih bisa menggunakan mode aura ungu ini sedikit lebih lama lagi. Bagaimanapun mereka harus bisa melewati tiga dewa itu. 

"Ah ... aku lupa, kalian pasti lupa untuk melindungi ini kan?" Telaf mengangkat dua benda yang tidak asing bagi Larman dan Arwan.

Itu adalah dua kotak yang dititipkan oleh Master mereka untuk dijaga dan harus sampai ke Master. Namun mereka tadi hanya fokus bertarung dan lupa satu hal penting itu. 

"Kalau kalian keluar dari sini tanpa dua kotak ini, artinya kalian tidak lulus," kata Telaf. 

"Sial, aku lupa dengan itu," 
"Kita harus merebutnya kembali," ajak Larman.

Mereka segera berlari menuju Telaf, namun Matju dengan cepat menghadang mereka. "Tidak akan kubiarkan." tangan Matju mencoba menggapai kedua petarung itu. 

Hanya Arwan yang tertangkap karena ia segera mendorong Larman agar tetap dapat berlari dan lolos dari Matju. "Pergi Man, ambil kotak-kotak itu. Aku akan menahan dewa Matju di sini." ujar Arwan selagi berhadapan dengan Matju.

"Baik, serahkan padaku." Larman terus berlari dengan cepat. 
"Wah, wah mau ke mana kau anak muda?" batu-batu besar menghadang jalan Larman dam membuatnya terpaksa berhenti.

"Ada apa dengan batu-batu ini? Apa ini untuk tembok penghalang?" gumam Larman.

Tubas menggerakkan tangannya dan banyak batu raksasa terangkat di dekatnya, "Sudah siap Nak?" tanya Tubas sambil tersenyum. 

Ketika tangan Tubas diturunkan ke bawah batu-batu segera jatuh menghantam tanah bagaikan meteor. Larman segera menghindari hujan batu itu dan menghancurkannya dengan pukulan. Di saat ia sibuk dengan hujan batu raksasa, Tubas menyerangnya dengan tinjunya, namun Larman dapat menghindari serangannya, tapi beberapa batu hampir mengenai Larman.

Situasi benar-benar kacau, gemuruh hujan batu terus membuat tanah bergetar tak karuan, kedua petarung itu kini tengah berjuang sekuat tenaga untuk menjatuhkan lawannya. Telaf saat ini hanya menonton pertarungan mereka sambil beristirahat dan menjaga dua kotak itu. 

Telaf memang paling lemah soal daya tahan tubuh dibanding kedua temannya itu, maka dari itu ia butuh istirahat untuk mengisi tenaganya. Arwan kini masih berhadapan dengan Matju, serangan-serangan air yang dilancarkan padanya seakan tidaj berdampak karena cepatnya gerakan Arwan.

"Kalian jadi semakin cepat, hebat sekali." puji Matju sambil terus melemparkan bom air pada Arwan. 

"Kami ke sini bukan untuk main-main," jawab Arwan. "Kami harus jadi lebih kuat untuk membawa pulang sahabat kami, Suhndi," 

"Kalau begitu, buktikan tekadmu itu anak mudaaa!" Matju menyerang Arwan dengan ombak air raksasa. 

Air itu tepat mengenai Arwan, dan mulai menenggelamkannya, namun Matju tidak tahu bahwa Arwan sudah menyiapkan sesuatu untuknya.