Larman dan Arwan kini semakin lincah dan mudah gerakannya, Aura ditubuh mereka semakin menyesuaikan dengan postur dan gerakannya. Alwendi yang melihat itu segera menghentikan latihan mereka. 

"Baik, kalian sudah berhasil memancarkan Aura itu," kata Alwendi sembari tersenyum tipis. "tapi ...."

"Guru, apa kami sudah bisa bertarung melawan Suhndi dengan ini?" tanya Arwan tidak sabar.

"Jangan senang dulu Arwan, kalian memang sudah berhasil menggunakan Aura, tapi itu masih terlalu lemah bahkan itu masih tidak ada apa-apanya bagi seorang seperti Suhndi,"

Arwan menundukkan kepalanya, ia kecewa akan dirinya yang masih terlalu lemah, Larman terus bertekad dalam hatinya untuk berlatih agar semakin kuat. "Agar kemampuan dan kekuatan kami bisa lebih cepat berkembang, apa yang harus kami lakukan Master?" tanya Larman.

Alwendi tersenyum, "Karena itulah aku disini untuk mengajari kalian." Alwendi memasang kuda-kuda miliknya, dengan kedua tangannya dilekatkan ke sisi perutnya seakan ingin mengeluarkan energi dalam tubuhnya. matanya mulai serius, Larman dan Arwan terus memperhatikan bahkan hingga tidak berkedip agar mereka tidak melewatkan setiap detik kemampuan gurunya itu.

"HIIAAHHH!!" Aura yang besar berkobar di sekitar tubuh Alwendi, berwarna jingga terang keemasan. membuat udara sekitarannya berputar entah kemana, Aura yang dikeluarkannya sampai membuat Larman dan Arwan terhempas beberapa jengkal darinya.

"Seperti inilah yang seharusnya kalian gunakan," ujar Alwendi pada Larman dan Arwan yang masih tidak percaya dengan apa yang sedang mereka lihat saat ini. 

"K ... kekuatan yang sangat besar. Pasti Master sudah bertahun-tahun dan sangat berpengalaman mengembangkan kekuatannya," gumam Arwan terkagum-kagum.

"Hebat sekali Master, kami juga ingin bisa seperti itu," ucap Larman dengan semangatnya.

Alwendi menurunkan kobaran Auranya, sedikit demi sedikit hingga akhirnya hilang menguap ke udara, ia kembali mengambil napas. Menatap langit sejenak seakan berharap sesuatu akan turun, akhirnya ia kembali menatap murid-muridnya itu. 

"Latihan kalian selanjutnya, adalah latih tanding,"

Larman dan Arwan diam sejenak, mencoba memahami perintah sang guru, "Maksudnya Master? kami ... bertarung begitu?" tanya Larman sembari menunjuk Arwan. 

"Tepat sekali, Aura adalah kekuatan yang akan berkembang seiring kemampuan penggunanya dan cara yang paling cepat untuk mencapai itu adalah dengan bertanding secara intens pada mereka yang punya kekuatan Aura yang sama, jadi kalian akan sama-sama berkembang," ujar Alwendi.

Larman dan Arwan saling bertatap, sejenak mereka seperti memikirkan sesuatu sampai akhirnya mengangguk tanda setuju pada latihan ini. 

"Kalau kita berhasil, kita akan semakin kuat dan semakin hebat. Ayo lakukan Wan." Larman mengepalkan tangannya dengan semangat berkobar.

Seketika kedua murid Alwendi itu menjadi lebih bersemangat dari biasanya, namun mereka tidak langsung berlatih karena Alwendi menyuruhnya untuk istirahat cukup lama untuk meregangkan otot-otot tubuhnya. 

Saat Alwendi berjalan ke luar rumahnya untuk sekadar mencari angin, Tiarod berjalan ke arahnya. Sepertinya ia ingin menyapa teman lamanya itu, "Yo, apa kabarmu Wendi?" sapanya.

"Oh, kau rupanya Tiarod. Kabarku baik, padahal baru bertemu kemarin tapi sudah nanya kabar lagi hahaha ...." jawab Alwendi sambil bersalam tinju dengan Tiarod.

"Bagaimana latihan mereka?" tanya Tiarod.

"Lumayan, mereka semakin baik setiap harinya. Kini mereka sudah kuarahkan untuk latih tanding," jawab Alwendi santai.

"Bagus kalau begitu ... ngomong-ngomong bagaimana persiapan walikota kita saat ini ya? Apa nantinya akan berjalan lancar?" Tiarod mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Yah, mungkin ia sudah mencoba berunding dengan pemimpin daerah lain soal ini. Kita perlu banyak bantuan kalau mau rencana ini berhasil," jawab Alwendi. 

"Pasti akan sulit mengalahkan delapan jenderal itu, melawan satu saja sudah habis-habisan." Tiarod mengepalkan tangannya dengan raut wajah cemas.

"Mereka memang berbeda Rod, kekuatannya bahkan seperti sebuah negara. Tidak akan mungkin cukup walau kita berdua menyerangnya dengan Aura penuh, mengumpulkan orang-orang untuk mengalahkan mereka jauh lebih sulit, mendengar nama jenderal-jenderal itu saja mereka sudah ketakutan," ujar Alwendi.

Sementara itu, Larman dan Arwan sedang berada di kamar mereka menghubungi Nek Surti dengan panggilan video. "Bagaimana kabarnya Nek?" tanya Larman.

"Nenek baik, bagaimana keadaan kalian? Apa latihannya lancar?" 

"Iya Nek, kami juga baik-baik saja. Semakin hari latihannya semakin berat Nek, Arwan jadi rindu masakan Nenek," ucap Arwan bermanja-manja. 

Mereka berdua larut dalam obrolan panjang dan menyenangkan dengan Nek Surti sementara Alwendi dan temannya Tiarod berpikir tentang sebuah ancaman yang akan datang suatu saat nanti. 

"Entah apa rencana ini akan berhasil atau tidak, tapi kita bisa kembali merubah dunia yang rusak ini kalau menang," Alwendi menatap Tiarod dengan penuh keyakinan.

"Sudah beberapa tahun ini dunia Bandarsia kembali damai, walau Suhndi yang memerintah, tetap saja ia seperti dikendalikan oleh orang itu," ucap Tiarod.

[Keesokan Harinya]

Larman dan Arwan telah bersiap berhadapan satu sama lain, mereka sudah tidur dengan cukup dan melakukan pemanasan masing-masing, kini latih tanding akan mereka lakukan. Alwendi dan Tiarod mengawasi dari kejauhan dibalik pepohonan rindang dekat mereka berlatih. 

Suasana menjadi hening sesaat, kedua muridnya itu memejamkan mata seperti berkonsentrasi sebelum mulai menyerang. Tidak lama kemudian Aura mereka mulai muncul tidak setipis dan selemah saat pertama kali mereka bangkitkan. 

"Sepertinya latihan kali ini akan menarik Wen," kata Tiarod sambil tersenyum pada Alwendi.

"Kita lihat saja Rod," tatapan Alwendi tidak berpaling, ia menantikan mereka saling adu kekuatan secepatnya.

Sekarang Larman dan Arwan telah siap, mata telah terbuka dan pancaran Aura tubuh mereka sudah stabil menyelubungi semua bagian tubuhnya, dengan sigap mereka juga memasang kuda-kuda favorit dan khasnya.

Keduanya maju satu sama lain, Larman menyiapkan tinju di tangan kanannya pada Arwan yang segera dihindari dengan baik olehnya. Kini Arwan yang mencoba menyerang balik, ia mulai menendang mencoba mengenai leher Larman walau sama sekali tidak mengenainya karena Larman dengan sigap menghindar.

Sekarang mereka kembali berdiam, posisi berdirinya cukup jauh akibat penghindaran tadi. "Sudah cukup pemanasannya, ayo kita mulai serius Man." Arwan segera mengobarkan Aura miliknya diikuti pula oleh Larman. 

***

Marton sedang menyiapkan barang-barang miliknya yang akan dibawa selama misi pengintaian.

"Baik, persiapanku sudah beres. Mari kita lihat, daftarnya ... Hmmm oh, kota ini ya. Tempat kekuatan alami tubuh dibentuk, menarik juga." ujar Marton sambil memasukkan kertas yang dibacanya ke saku celananya.

"Marton, semoga kau berhasil. Aku menanti kabar baik dari misimu kali ini," ucap Suhndi pada Marton yang sedang mengangkat tas kecilnya.

"Tentu saja tuanku, aku bersumpah tidak akan mengecewakanmu." jawab Marton yang kini telah berjalan memulai misinya. "Baiklah, tempat pertama Arias ... aku datang,"