Sulitnya menjaga hati dari sesuatu yang ingin kita miliki, mungkin itu yang ada di hati kecil Yudha, seorang pemuda bertubuh kurus dan tidak terlalu tinggi itu kini sedang duduk membaca ayat suci Al-Qur'an, dalam ruangan musholla yang cukup luas untuk menampung sekitar seratus jama'ah.
Ia memang tidak pernah meninggalkan wirid rutinnya di musholla ini, tempat ibadah kecil yang dekat dengan kampus tempatnya menuntut ilmu menjadikan kegiatannya spesial dan terasa berkah baginya. Di musholla itu terdapat rak-rak berisi buku islami dan Qur'an yang berdebu karena jarang dibaca, maklum tidak banyak yang singgah untuk duduk lama sekadar membaca di sana.
Namun lain halnya dengan Yudha, sebagai salah seorang pengurus di sebuah organisasi dakwah kampusnya maka berdiam diri di musholla adalah salah satu hal wajib baginya. Jika ada jadwal piket, ia dan teman-temannya akan membersihkan luar dalam bagian tempat ibadah itu dengan seksama agar nyaman digunakan oleh jama'ah saat shalat nanti.
Terkadang saat paling sibuk bagi mereka adalah di hari jum'at karena selain mempersiapkan shalat jum'at, Yudha dan yang lain juga menggelar beberapa meja untuk menyimpan makanan yang akan diberikan pada jama'ah setelah shalat. Semua kegiatan itu ia lakukan dengan ceria dan semangat.
Teman-teman seperjuangannya tahu siapa Yudha, para dosen juga tidak kalah kagum dengan kepribadian mahasiswa ini, walau tubuhnya bagaikan anak SMP namun tidak menyurutkan semangat durinya membantu dakwah di ranah kampus.
Namun cerita unik dari dirinya bukanlah itu semua, melainkan selembar tirai yang ada dibagian belakang shaff ikhwan yang tentunya tempat bagi para akhwat untuk shalat.
Sebagai seorang aktivis dakwah di kampusnya, tentu menjaga pandangan dan jarak terhadap yang bukan mahrom adalah prioritas utama di organisasi yang kini Yudha jalani. Dulunya ia bukanlah pemuda yang paham agama, sebelum masuk kampus, ia pernah berpacaran sebanyak lima kali dengan lima perempuan yang berbeda pula walau Yudha bukanlah seorang playboy dengan fisik yang biasa saja tapi wajahnya cukup tampan bagi para teman wanitanya.
Ketika sudah masuk ke kampus, tiba-tiba saja ia bertekad merubah dirinya menjadi lebih baik dan ingin mulai memperbaiki diri. Dipilihlah organisasi keagamaan kampus yang kini ia masuki, hanya butuh waku empat bulan untuk merubah total segala kepribadian yang ada dalam dirinya.
Semua itu tentunya berkat tekad kuat Yudha, lingkungan serta teman-temannya yang selalu mengajaknya berbuat kebaikan. Apalagi ia termotivasi setelah mendengar kajian oleh Ustadz Reza yang mengatakan bahwa ada 10 orang yang akan mendapat naungan di akhirat kelak saat tidak ada syafa'at pada hari itu dan salah satunya adalah pemuda yang mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam organisasi kampusnya itu Yudha juga termasuk yang paling cekatan dan aktif, ia pernah bolak-balik dari musholla ke minimarket hanya untuk membeli bingkisan pemateri yang lupa dibeli oleh panitia. Ia juga pernah menjadi muadzin di musholla kampusnya selama tiga bulan penuh dan masih banyak lagi kontribusi Yudha di organisasinya.
Hijab di musholla memang memberikan kesan tersendiri bagi Yudha, kejadian dua pekan lalu masih membekas dalam sanubarinya hingga detik ini. Membuat jantungnya berdegup kencang, keringat menetes saat itu karena ia tak sengaja melihat seorang akhwat dengan paras yang sangat cantik dibalik tirai musholla.
Bukan tanpa alasan, saat itu memang sedang ada kegiatan bersih-bersih rutin untuk semua divisi organisasi, tentu Yudha juga turut ambil bagian. Ketika ia membersihkan jendela yang memang berdekatan dengan tirai, angin menerpa wajahnya membuatnya sedikit memicingkan mata karena debu yang berterbangan. Saat itulah tirai pembatas memperlihatkan sedikit wajah seorang akhwat sedang membersihkan jendela seberang seperti yang dilakukan Yudha.
"Astaghfirullah Hal Adziim." dengan cepat Yudha memalingkan wajah.
Betapa ia terpukau beberapa saat karena paras akhwat itu, entah siapa namanya. Mungkin anggota itu agak jarang mengikuti kegiatan organisasi pikir Yudha. Sejak saat itu Yudha masih membayangkan kejadian yang membuatnya gundah gulana, ia paham bahwa hal yang dilakukannya itu salah, namun entah mengapa sosok itu tak bisa lepas dari pikirannya.
"Tinggalkan atau halalkan Yud," nasihat mentornya saat Yudha menceritakan kejadian itu.
"Ah, Abang ada-ada saja. Mana bisa saya Bang, kuliah aja belum selesai," jawab Yudha bercanda.
"Eh, Abang serius loh ini. Solusi dari dua insan yang jatuh cinta itu ... ya menikah,"
"Masalahnya, saya belum sanggup Abaaang ...."
"Nah, kalau begitu perbanyak puasa ya. Tahan-tahan diri,"
"Iya Bang, Insya Allah,"
Begitulah keseharian Yudha setelah menerima kejadian unik dalam hidupnya, bukan karena dia tidak dapat berada di dekat wanita, karena dulunya sudah lima perempuan yang ia gandeng. Namun, saat ini Yudha sudah sepenuhnya berbeda bukan yang dulu lagi, segala hal yang tidak baik harus ditahannya termasuk perasaan pada yang belum halal untuknya.
Musholla tempatnya beribadah ternyata menyimpan begitu banyak kenangan, termasuk bertemu sosok Akhwat yang mungkin akan sulit ia temui kedepannya. Namun itulah arti perubahan dirinya, tidak semua hal harus ia miliki dan semua yang terjadi memang sudah seharusnya ia terima konsekuensinya.
Mungkin akhwat itu dihadirkan hanya untuk menguji keimanan Yudha, bukan untuk dimiliki olehnya.
2 Komentar
Kira kira siapa nama akhwat itu, apakah tidak boleh bertanya langsung? 😀
BalasHapusMungkin akan jadi rahasia Ilahi Bang
HapusHehe
Boleh aja kok nanya nama