Larman dan Arwan terperangah
beberapa saat ketika melihat Tubas dan Matju yang besarnya sama dengan Telaf,
selama hidup di dunia mereka baru kali ini melihat makhluk-makhluk raksasa dan
aneh di Bandarsia setelah peliharaan Nek Surti yang seekor Wyvern. “Apa maksud
anda Dewa Telaf? Perubahan aturan yang seperti apa?” tanya Arwan.
“Ya, kalian akan langsung melawan
kami bertiga. Potensi kalian benar-benar baik dan aku ingin melihatnya lebih
banyak lagi,” jawab Telaf.
Kedua dewa lainnya mengangguk
tanda setuju, kekuatan mereka memang setara, tapi Telaf nampak lebih bijaksana
dan baik dalam mengambil keputusan. Sebelum menyetujuinya, Larman dan Arwan
terlihat memikirkan sesuatu. Konsekuensi yang akan didapat mereka cukup besar
karena lawan mereka kali ini tidak bisa dianggap enteng, tiga dewa pejaga Arias
harus mereka hadapi untuk lulus ujian.
“Baiklah, kami setuju. Bagaimana
peraturannya?” tanya Arwan kini.
“Mudah, kalian hanya perlu
mendatangi kami esok hari ketika pagi. Tempat pertarungannya di wilayah Tubas
yaitu lembah yang ada diantara hutan dan sungai ini,” jelas Matju.
Setelah berbincang sebentar,
akhirnya mereka bubar dari sana. Larman dan Arwan beristirahat kembali di hutan
untuk sementara. Hari masih siang, mereka masih bisa menyiapkan hari esok dengan
berlatih atau setidaknya menyusun rencana untuk mengalahkan tiga dewa raksasa
itu.
“Besok akan jadi hari yang berat
ya.” kata Arwan sembari merawat luka yang ada di tubuhnya karena pertarungan
tadi. Sedangkan Larman nampak murung setengah melamun memikirkan apa yang akan
terjadi besok.
“Iya, bagaimana caranya kita bisa
melawan mereka bertiga? Apa kita harus memaksakan diri?” dengus Larman.
“Hey hey, jangan gusar kawan.
Ingat kan bagaimana latihan kita dengan Master?” Arwan memegang pundak Larman.
“Kita sudah banyak belajar dari Master, kita juga sudah menciptakan Teknik dan
jurus pamungkas kita sendiri untuk saat-saat genting begini,”
Larman kembali sadar dari
lamunannya, kini ia lebih tenang dan lega berkat perkataan sahabatnya itu.
Mereka berunding tentang cara yang akan digunakan untuk mengalahkan ketiga dewa
itu. Setelah tengah hari Larman dan Arwan berlatih di hutan untuk mempersiapkan
diri esok hari dalam ujian. Kali ini makhluk-makhluk hutan tidak lagi
mengganggu mereka, Telaf sudah memberi tahu agar tidak memberikan gangguan
karena Larman dan Arwan akan mengikuti ujian.
Makhluk-makhluk di hutan Telaf
sudah mengerti akan hal ini, tapi melarang untuk menyerang atau mengganggu
orang yang sedang dalam ujian seperti ini tidaklah sering terjadi kecuali
mereka yang ikut ujian adalah orag yang hebat atau sangat dihormati. Akhirnya
makhluk-makhluk hutan itu hanya mengawasi dari jauh dan mengamati latihan
Larman dan Arwan.
Saat latihan, mata Larman tertuju
pada kedua tas yang dibawa. Ia baru ingat sedang membawa kotak bersama Arwan
dan pesan dari Masternya agar kotak itu tidak hilang atau rusak. Segera
diperiksanya kedua kotak itu, Larman lega karena tidak terjadi apa-apa dengan
kedua kotak itu.
“Kenapa kamu Man?” tanya Arwan
mendekati Larman. “Oh, kotak ini ya? Aku masih penasaran loh isi dan untuk apa
Master menyuruh kita membawanya.” Arwan kembali melanjutkan latihannya.
“Iya, aku juga Wan. Yang penting
kita harus ingat pesannya. Kalau perlu kotak-kotak ini harus kita jaga dengan
nyawa kita.” Larman kembali melanjutkan latihan.
***
Marton baru saja tiba di gerbang
kota Arias, ia memulai penyamarannya dengan tudung berjubah dan berjalan pelan
sembari membawa kudanya. Marton harus menemui seseorang dulu sebelum mengobrak
abrik sumber pemberontakan di kota kesatria ini. Dia juga cukup hafal daerah
Arias karena pernah ikut berlatih.
Marton masuk ke salah satu tempat
makan yang mana itu adalah tempat yang biasa dikunjungi oleh Alwendi dan
Tiarod. Marton duduk di sebelah lelaki yang tampaknya sudah menunggunya dari
tadi.
“Bagaimana? Mereka di sini?”
tanya Marton pada pemuda di sebelahnya.
“Iya, masih dalam masa latihan.
Bagaimana kabar anda Tuan?”
“Aku baik-baik saja, kerja bagus
karena sudah mau bekerja sama dengan kerajaan Bandarsia … Tiarod,” ucap Marton
dengan senyuman hangat.
“Sama-sama Tuan, aku sangat
tersanjung dengan kedatangan anda di sini. Segera setelah kedua murid itu
selesai, anda akan bisa menghajarnya,”
“Ya, sudah kunantikan saat ini.
Raja Suhndi tidak menyuruhku melakukan apapun pada mereka, tapi akan kuberi
mereka pelajaran,”
Saat ini Alwendi sedang berada di
rumahnya, memberi kabar pada Nenek Surti mengenai perkembangan kedua cucu
barunya itu. Tentu saja Nenek Surti senang dan meminta agar Alwendi menjaga
baik-baik kedua anak itu dan Alwendi meyanggupinya.
***
Kini hari mulai gelap, matahari
hampir terbenam. Larman dan Arwan membuat perkemahan kecil di dekat tempat
mereka berlatih tadi, mereka berlatih cukup keras siang ini hingga terkadang
membangunkan makhluk-makhluk hutan yang sedang tidur. Mereka tidak bisa lagi
bersantai, waktu mereka hanya sampai besok agar sampai di pendopo yang dimaksud
dan sebagai tenda kelulusan latihan mereka di Arias.
Mereka juga sudah menyiapkan
berbagai macam rencana dan Teknik gabungan untuk menghadapi Telaf. Sedangkan
untuk Matju dan Tubas akan dipikirkan nanti karena kekuatannya belum sama
sekali ditunjukkan, namun asumsi Larman dan Arwan tentu kedua dewa itu sama
kuatnya dengan Telaf.
[Keesokan Harinya]
Semua persiapan telah beres, Larman
dan Arwan akan menuju lembah tempat di mana perjanjian mereka disepakati.
Dengan langkah tenang keduanya berjalan hingga akhirnya sampai di depan lembah.
Ketiga dewa itu nampak telah berdiri sejajar, menunggu mereka dengan berwibawa.
Begitu pula dengan Larman dan Arwan yang datang dengan gagah berani.
Nampak dengan jelas tersirat di
wajah kedua anak itu keseriusan dan tekad yang kuat. Telaf yang sedari tadi
menunggu menjadi tak sabar, ia sangat bersemangat menunggu pertarungan luar
biasa ini.
“Kalian sudah sampai, bagus
sekali. Ini baru kesatria,” ujar Tubas.
“Dulu pernah ada seorang kesatria
yang kami uji seperti ini, tapi ia malah takut dan meninggalkan ujian. Mungkin
dikiranya kami terlalu kuat hahaha ….” sambut Matju dengan tawanya.
“Ya, bagaimana dia tidak lari? Melawan ketiga dewa raksasa begini.
Sebenarnya aku dan Arwan juga agak takut huft,” gumam Larman.
“Sudah basa-basinya, kita mulai
saja ujiannya. Semua ambil posisi,” perintah Telaf tegas.
Mereka berlima telah
bersiap-siap, mengambil ancang-ancang. Dua lawan tiga, siapa yang akan menang?
Apakah akan terjadi perteungan besar-besaran? Masing-masing dari mereka hanya
berpikir untuk menjajal kemampuan lawannya.
Tubas maju dengan pukulan tangan
batu miliknya yang besar dan cukup cepat, Larman dan Arwan segera menghindar,
namun akibat dari hindaran itu, mereka kini terpisah. Sekarang di hadapan
Larman adalah Matju, dan yang ada di hadapan Arwan adalah Telaf. Mereka saling berhadapan dengan Tubas di tengah mereka.
Mungkin ini strategi ketiga dewa
Arias pikir Larman.
10 Komentar
Good idea your story man👍
BalasHapusAlhamdulillah Ton
HapusKisahnya cocok dengan anak cowok se usiamu, cucunda Teddy. Nenek nimbrung ngeri-ngeri sedapnya. He he ... Selamat sore. Salam sukses selalu.
BalasHapusAlhamdulillah Terima Kasih ya Nek
HapusSemoga dapat menghibur.
Selamat Malam Nek (karena balasnya Malam Hehe)
Wahh makin penasaran nih, apakah larman dan arman bisa menang dalam pertemouran itu... Ditunggu kelanjutnnya bang
BalasHapusAlhamdulillah, Terima Kasih Bang.
HapusInsya Allah ada kelanjutannya
Semangat terus berkarya, Teddy..
BalasHapusTerima Kasih Kak Naia
HapusKakak juga ya
Mana lanjutannya nih Ted?
BalasHapusHehe
Sabar ye Jim
HapusHehe