Disleksia


Cerita ini di  terinpirasi  di kutip dari sebuah flim yang berjudul Taare Zameen Par.

Hampir Seminggu Ahsan menghabiskan waktunya di asrama. Belum terbiasa dengan kehidupan asrama, ia jadi sering melamun dan menangis. Ahsan masih tidak percaya kalau hidupnya sekarang benar-benar jauh dari keluarganya. Ahsan menganggap bahwa ini semua bentuk hukuman dari sang ayah akibat kenakalannya. Hal yang sama masih tetap terjadi pada Ahsan di sekolah barunya, ia tetap mendapatkan bully-an dari teman-temanya bahkan hampir setiap hari terkena marah guru karena kemampuaan belajarnya yang lamban.

“Anak idiot ... anak idiot,” Ejek Riko teman sekelas Ahsan.

“Seharusnya kamu sekolah di tempat lain, bukan di sini. di sini tempat orang-orang pintar bukan bodoh seperti kamu.” Angga menunjuk bahu Ahsan dengan jari telunjuknya.

“Aku tidak bodoh, aku bukan anak idiot!” teriak Ahsan. Ia membentak temannya.

Tidak seorangpun yang menegrti Ahsan bahwa sebenarnya Ahsan menderita disleksia yaitu suatu gangguan dalam proses pembalajaran seperti sulit membaca, menulis, atau mengeja. Tinggal di asrama bukannya malah membaik tetapi malah sebaliknya. Seringnya medapat bully-an Ahsan menjadi semakin tertekan, apalagi sekarang Ahsan benar-benar sendirian tanpa orang yang ia sayang seperti ibu dan kakak laki-lakinya. Kesehatan mentalnya mulai terganggu.

“Ibu Ahsan ingin pulang, Ahsan tidak mau tinggal di asrama ini,” Ahsan menahan isak tangisnya. Ahsan duduk di sudut ruangan kamarnya.

“Ahsan kamu kenapa?” Budi menghampiri Ahsan yang menangis di sudut ruangan.

Budi adalah teman ahsan satu-satunya yang membela Ahsa saat yang lain membully-nya. Meskipun Budi tidak tahu bahwa Ahsan menderita disleksia. Ia menganggap bahwa Ahsan seperti itu karena Ahsan belum bisa beradaptasi di tempat barunya.


 

****

Suatu hari sekolah kedatangan guru kesenian baru, namanya adalah Pak Nikum Bar. Pak Nikum Bar berbeda dengan guru yang lain, cara mengajarnya pun berbeda. Baru saja hari pertama mengajar ia sudah dekat dengan murid muridnya, begitu pun sebaliknya. Lain halnya dengan Ahsan yang masih merenungi stresnya, ia tidak turut bahagia seperti murid lainnya. Apalagi setelah menerima kabar bahwa minggu ini orang tuanya tidak bisa mengunjungi Ahsan karena ayahnya mendapat meeting di luar kota.

Siang itu, Pak Niku Bar melihat Ahsan duduk termenung, wajahnya menyimpan ketakutan yang luar biasa. Pak Nikum Bar menghampiri Ahsan dan mencoba untuk berbicara dengannya, tetapi Ahsan tetap diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Kemudian Pak Nikum Bar bertanya kepada Budi teman sebangkunya. Budi menceritakan bahwa Ahsan adalah anak baru yang ingin pulang ke rumah, ia juga menceritakan kepada Pak Nikum Bar bahwa Ahsan selalu di hukum dan di- bully karena lambatnya ia dalam mengikuti pelajaran.

tanpa pikir panjang, Pak Nikum Bar mencari inromasi tentang Ahsan kenapa ia sampai seperti itu. Saat terkumpul semua informasi yang didapat ternyata Pak Nikum Bar tahu bahwa sebenarnya Ahsan menderita disleksia. Memang sebelumnya Pak Nikum Bar terbiasa menangani anak-anak seperti Ahsan, ia juga membantu mereka keluar dari masalah yang dialaminya.

Untuk membantu Ahsan keluar dari masalahnya, Pak Nikum Bar mengunjungi rumah Ahsan agar mendapat informasi lebih yang membuat Ahsan keluar dari keterpurukannya. Di sana, Pak Nikum Bar bertemu dengan ibu Ahsan, kemudian sang ibu menceritakan apa yang disukai Ahsan.

“Jadi Ahsan sebelum pindah ke asarama itu juga mengalami kesulitan dalam belajar,Bu?” Ucap Pak Nikum Bar.

“Iya, Pak bahkan ia sering mendapat hukuman dari ayahnya akibat tidak bisa seperti kakaknya yang selalu juara kelas.”

“Lantas apakah Ahsan memiliki kegemeran lain yang bisa membuatnya senang, BU?” Tanya Pak Nikum Bar kembali.

“Ahsan sangat suka menggambar, Pak,” Kata Ibu Ahsan sambil menunjukan gambaran Ahsan.

Meilihat gambar Ahsan, Pak Nikum Bar kagum, gambarnya sangat bagus seperti gambaran orang yang sudah profesional. Pak Nikum Bar kemudian menceritakan bahwa Ahsan mengalami diseksia. Yang dibutuhkan Ahsan adalah dukungan dan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Namun sang ayah Ahsan menyangkal bahwa Ahsan adalah anak yang malas. Ayahnya Ahsan selalu membeda-bedakan Ahsan dengan kakaknya yang selalu menjadi juara kelas, padahal Pak Nikum Bar sudah menjelaskan kalau Ahsan juga memiliki keunggulan di bidang non-akademi.

“Apa ya kau tau, Pak, ia itu anak ku, jadi aku tau apa yang terbaik untuknya,” ujar ayah Ahsan.

“Tapi ia juga butuh kasih sayang dari Bapak, bukan tekenan dan tuntutan, ia juga memiliki kemampuan unggul di bidang lain,” Jelasa Pak Nikum. Pak Nikum berusaha membuat ayah Ahsan mengerti.

“Saya tidak ingin berdebat dengan Bapak, silakan pergi dari rumah saya!”

“Baik, saya akan akan buktikan bahwa Ahsan bukan anak pemalas, ia memiliki bakat yang luar biasa,” Ucap Pak Nikum.

Ayah Ahsan bernggapan bahwa dengan menggambar saja tidak cukup bisa bersaing du dunia luar. Menurutnya dengan mengirim Ahsan ke sekolah asrama adalah solusi terbaik untuk membuat Ahsan seperti kakaknya. Ayahnya sangat berfikiran sempit, dan itu membuat Pak Nikum kesal. Mendengar penjelasan mengenai Ahsan yang menderita disleksia membuat Ibu Ahsan menjadi sedih.

 

 

****

Keesokan hari saat Pak Nikum mengajar di kelas Ahsan, ia berusaha mendekati Ahsan dengan mulai menceritakan anak-anak yang pernah mengalami kelambatan dalam proses belajarnya. Akan tetapi, mereka berhasil keluar dari masalah itu dan menjadi orang hebat.

“Kalian tahu, siapa orangnya?” Tanya Pak Nikum

“Tidak ... “ Murid Murid menjawab dengan bersama.

Ahsan menjadi tegang saat Pak Nikum membahas itu semua, ia takut teman-temannya mem-bullynya lagi.

“Orang itu adalah Bapak sendiri.”

Pak Nikum Bar mendekati Ahsan dan dudukk di sampingnya. Pak Nikum mengatakan bahwa ia juga pernah mengalami masalah seperti Ahsan sebelum ia menjadi guru seni yang sukses seperti sekarang ini. Dari cerita Pak Nikum, Ahsan mau berbicara dan dekat dengan Pak Nikum.

Pelajaran Pak Nikum hari ini membuat Ahsan kembali bersemangat untuk menjalani hari-harinya di asrama. Hanya dengan Pak Nikumlah, Ahsan tidak merasa tertekan, saat itulah Pak Nikum menemui kepala seklah untuk berbicara mengenai Ahsan. Kepala sekolah saat itu bilang bahwa banyak guru yang mengeluh dengan Ahsan dan berkata Ahsan lebih cocok di sekolahkan di tempat yang khusus sepert SLB, tetapi Pak Nikum langsung membantah dengan mengatakan bahwa Ahsan adalah anak yang mempunyai kemampuaan yang luar biasa di atas rata-rata. Ahsan berhak berada di sekolah yang normal dan anak-anak seperti Ahsan hanya membutuhkan bimbingan dan perhatiaan lebih.

 

Untuk membuat kepala sekolah percaya terhadap kemampuan yang dimiliki Ahsan, Pak Nikum menunjukan gambar yang di buat oleh Ahsan. Pak Nium meminta izin kepada kepala sekolah untuk mengajar Ahsan secara private demi membantunya mengejar pelajaran yang tertinggal. Akhirnya Ahsan mendapatkan guru yang cocok yang mengerti cara mengajari anak disleksia seperti Ahsan. Dengan metode yang berbeda, Ahsan pun lebih bersemangat dalam belajar karena bukan kemarahan yang ia dapatkan, tetapi kermahan Pak Nikum yang membantunya mengejar ketertinggalan.

 

Berkat Pak Nikum, kemampuan baca tulisnya pun meningkat dari hari ke hari. Saat itulah Ayah Ahsan menyadari bahwa ia selama ini tidaj memhami putranya, ia hanya mementingkan egonya, bukan memperhatikan kemampuan yang dimiliki Ahsan. Ayahnya juga menyadari bahwa sering membeda-bedakan Ahsan dengan kakakna. Ayahnya juga menyadari bahwa Ahsan sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya.

Tepat padi hari sabtu, sekolah mengadakan lomba menggmabar. Semua orang ikut termasuk para guru. Ketika lomba dimulai, Pak Nikum mencari Ahsan ke mana-mana. Tetapi sampai lomba dimulai Ahsan tidak kelihatan. Ternyata sebelum acara dimulai saat semua orang masih tidur, Ahsan bangun paling pagi. Ahsan pergi ke sungai ke tempat ia mencari inspirasi untuk bahan lomba menggambar. Ahsan pun datang sesaat setelah acara dimulai. Ahsan menungkan sebuah gambaran yang ada di dalam benaknya saat itu, menjadi sebuah gamabaran yang luar biasa dan mengakumkan

 

Pak Nikum yang melihat gambaran Ahsan terkagum haru.

Selang beberpa menit kemudian, kepala sekolah mengumumkan pemenang lomba menggambar, dan perlombaan dimenangkan oleh Ahsan. Hasil karyanya di nobatkan sebagai hasil karya terbaik dan akan ditampilkan di acara pengambilan rapor wali murid nanti. Ahsan sekarang telah bebas dari disleksianya dan menjadi anak terpandai di sekolah asrama itu.

 

 Dukung saya di saweria

Atau di👉👉👉👉👉  download




                     Secarik Rasa

Hidup bukan tentang medapatkan apa yang kamu inginkan tetapi tentang menghargai apa yang kamu miliki sekarang

(@Marsellio Rinaldi)