Sumber : Cakeoo & Nero (Telegram Channel Pixel Art)

Apa kalian percaya bahwa manusia bisa keluar dari jasadnya dalam wujud ruh? Kemudian kita bisa pergi kemanapun yang kita mau, mendengarkan setiap percakapan mereka yang tengah tenggelam dalam kesibukan duniawi. Menembus dinding bagaikan Casper si hantu baik hati itu.

Ya, awalnya aku juga menganggap ini hanyalah khayalan dan dongeng para nenek moyang saja. Namun semua berubah saat aku menemukan buku tua di loteng rumahku, buku yang bermandikan debu itu tersimpan dalam sebuah peti kayu tua di mana gembok penguncinya sudah lepas, mungkin dihancurkan oleh seseorang.

Isinya tidak lain adalah bagaimana cara kita berinteraksi dengan ruh kita dan beberapa tata cara melakukan sihir. Melihat sampulnya saja sudah membuatku bergidik ngeri, tergambar jelas kepala kambing berwarna merah sambil memegang trisula di tangan kanannya. Seolah-olah mengisyaratkan siapa pun yang membaca buku ini tidak akan menjadi pribadi yang sama lagi. 

Namun mau bagaimana lagi? Rasa penasaranku mengalahkan rasa takut yang sedari tadi bergejolak. Asal kalian tahu saja aku ini orangnya penakut sekali. Seperti anak-anak lainnya, setiap ingin ke kamar mandi untuk buang air ketika tengah malam aku harus membangunkan ayah atau ibu agar menemaniku.

Belum lagi ketika disuruh menjaga rumah saat kedua orang tuaku pergi berkencan mesra, aku yang sudah 18 tahun ini masihlah sedikit takut. Maka dari itu keberanianku membawa turun buku aneh nan menyeramkan ini merupakan rekor terbesar yang harus dicatat seumur hidupku. 

Setelah berhasil membersihkan sampul buku itu dari debu-debu yang menempel dengan tisu, aku akhirnya membuka lembaran demi lembarannya bahasa-bahasa aneh langsung menyeruak dan membuat kepalaku pusing ketika membacanya. Untungnya ada beberapa yang diterjemahkan ke dalam bahasa inggris. 

Sangat banyak detail terkait cara mengeluarkan ruh kita dari raga. Namun intinya kita perlu mengosongkan pikiran di sebuah tempat sendirian, bermeditasi cukup lama dan rasakan setiap hembusan napas yang ada lalu entah bagaimana caranya ruh kita yang akan mengambil alih dan kita sudah berhasil.

Buku tua ini pastinya sudah lama sekali karena beberapa lembarannya sudah dimakan rayap, aku sangat mengapresiasi rayap mana yang ingin memakan buku menakutkan itu. 

"Bryan, kesini ... turun sebentar," suara ibu membuyarkan kegiatan membacaku sesaat.
"Baik Ma, sebentar." aku segera turun setelah menyembunyikan buku itu di laci meja belajarku.

Dengan cukup tergesa-gesa aku turun dan melihat kedua orang tuaku sedang bercengkrama kecil di meja makan, kelihatannya mereka sedang membicarakan hal yang penting. 

"Bryan, ayah dan ibu akan pergi seharian. Kami mau jalan-jalan berdua, kau tak apa kan jaga rumah sendirian?" kata ayah sembari melihat arlojinya.
"Oh, berapa lama?"
"Mungkin jam 6 sore kami sudah pulang, kamu pesan makan saja yah kalau lapar," ibu menyahut.
"Oh, Oke Ma ... Pa." ucapku sambil mengangguk. 

Entah angin apa yang membuat situasi ini terjadi karena ini adalah waktu yang amat tepat untuk diriku mencoba apa saja yang ada dalam buku itu. Maka dari itu mulut ini tak berhenti tersenyum melepas kepergian kedua orang tuaku yang tentunya akan bersenang-senang berdua tanpaku. Aneh memang mengetahui aku yang penakut ini tiba-tiba penasaran untuk mencoba hal-hal yang di luar nalar ini.

Semua pintu sudah kukunci, hari itu masih jam 2 siang dan aku segera naik ke kamar untuk membaca kembali buku itu. Mungkin selanjutnya akan kuberi nama buku 'setan'. Kali ini aku mulai tertarik dengan ide mengeluarkan ruh dari tubuh seperti di film-film fantasi yang biasa kusaksikan. Kini aku sedang mencobanya.

Namun aku ingin mencoba ini di ruang tamu, tepatnya di atas sofa yang empuk. Oh iya, satu hal yang perlu kalian tahu. Meditasi di sini tidak selalu harus dengan duduk bersila seperti orang yang bersemedi namun yang terpenting kita bisa santai dan tidak terganggu hal apa pun. 

Maka aku memilih berbaring di sofa dengan bantal untuk menyangga kepalaku. Sofa itu memang empuk, tidak kalah dengan kasur di rumah ini, karena sofa ini juga yang menjadi saksi bisu ketika ayahku tidak diperkenankan tidur di kamar ibu lantaran pulang telat.

Aku pun mengambil posisi berbaring ternyaman, berusaha mengosongkan pikiran dari hal-hal yang tak perlu bahkan dari rasa lapar yang mulai mendera perutku terpaksa harus kuabaikan. Setiap hembusan napas yang kutarik lalu lepaskan juga selalu kunikmati agar sesuai dengan instruksi buku tersebut.

***

Lama sudah mata ini terpejam, rasanya sudah semuanya kulakukan. Apa ini tidak berhasil? Ah tentu saja tidak, konyol sekali aku menghabiskan waktuku untuk ritual ini.

Ketika aku membuka mata, alangkah terkejutnya ketika aku ternyata sedang menatap diriku sendiri. Yang lebih mengejutkan lagi adalah aku sedang melayang didekatnya. Apa ini ruhku sendiri yang telah berhasil keluar? Aku amat bahagia sekaligus bingung, menerka-nerka apa yang hendak kulakukan selanjutnya.

Aku mencoba berbagai hal, seperti menembus tembok. Berhasil. Terbang melayang-layang dengan bebas. Berhasil. Mencoba membuat diriku tembus pandang. Berhasil. Bahagia rasanya, aku kemudian mencoba keluar rumah dan kalian tak akan percaya dengan apa yang kulihat, walau hari ini masih cukup terang namun kalian dapat melihat banyak ruh-ruh atau arwah yang bergentayangan kesana kemari.

Bantuknya ada yang normal, ada pula yang aneh dan menakutkan. Beberapa dari mereka kadang menoleh padaku dengan pandangan datar dan mengernyitkan dahi. Aku tidak tahu kalau dunia arwah bisa sedinamis ini, daripada berjalan kaki seperti manusia kami bisa terbang dengan cepat tanpa takut tertabrak, karena kami bukan sesuatu yang bersifat fisik atau berwujud.

Kesana kemari aku terbang melayang, mimpiku bisa terbang bagaikan Superman dapat terwujud di sini. Beberapa arwah yang kulihat cukup menakutkan dan mengkhawatirkan, seakan mereka terus mengawasiku, aku yang sejak dulu takut hantu kini rasa takut itu kembali hadir dalam bentuk yang jauh lebih nyata, karena fisik mereka dapat kulihat. 

***

Tanpa terasa waktu sudah mulai maghrib, matahari mulai terbenam meninggalkan bumi dari terang ke gelap. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali pulang, cukup menyenangkan hari ini karena aku sempat bercakap-cakap dengan beberapa arwah sekitar komplek yang cukup ramah dan memberikanku informasi terkait dunia mereka itu. Bahkan mereka tahu bukan hanya aku seorang yang pernah melakukan pelepasan ruh ini.

Jauh sebelum aku, praktik ini telah lama digunakan dan cukup umum di kalangan para dukun atau cenayang untuk mengincar target mereka, namun sekarang sudah mulai jarang digunakan karena dunia yang semakin modern.

Tanpa sadar aku melihat mobil yang sudah terparkir di garasi rumah, menandakan kedua orang tuaku telah pulang. Tentunya aku segera bergegas masuk menembus pintu, rupanya mereka telah lama pulang dan yang paling mengejutkan adalah tubuhku tak lagi terbaring di sofa yang tadi.

"Kayaknya dia ngantuk banget ya?" kata ayah sembari menekan remote tv.
"Iya, nggak biasanya Bryan tidur di sofa begitu. Untung Ayah tadi pindahin," ujar ibu yang duduk di samping ayah.

Aku segera melesat dengan panik ke kamarku dan kini seluruh tubuhku mulai memucat, aku segera mencoba masuk kembali ke tubuh fisikku, namun percuma. Aku benar-benar lupa untuk pulang lebih awal, karena tidak menyangka ini akan terjadi. Habislah aku, apa yang akan kulakukan?

Apa aku akan mati suri seperti ini? Kini para hantu dan arwah yang sedari tadi berada di kamarku menatap diriku dengan senyum mengerikan, membuatku bergidik ngeri. Sial, kenapa ini bisa terjadi.

Aku lupa satu aturan penting dalam ritual ini. Bahwa tubuh asliku tak boleh dipindahkan sama sekali walau hanya 1 cm.