Sumber : Softwaring (Telegram Channel Pixel Art)


"Nak, ayo bangun. Waktunya sahur," ucap Ibu di sampingku. Mataku masih tidak bisa terbuka bagaikan lengket karena lem di kedua kelopaknya.

Karena tak kunjung menjawab, akhirnya Ibu sedikit memercikkan air ke wajahku, membuatku bergeming sambil mengusap kedua mata. "Yuk, sahur nanti keburu subuh." kali ini Ibu mulai mengangkat lenganku agar memudahkanku berdiri.

Jujur saja ini terlalu berat bagiku yang pertama kali mulai berpuasa, bangun di saat orang-orang lain sedang dalam lelapnya tidur dan bergumul dengan mimpi indah mereka. Namun aku malah memutuskan untuk mulai ikut puasa di Ramadan tahun ini.

Masih sambil mengusap mata, samar-samar terlihat beberapa lauk pauk di meja telah terhidang, aromanya lezat. Khas sekali masakan ibuku, sebelum menjamah makanan di sana tentunya aku harus mencuci tangan terlebih dahulu agar tidak sakit perut, bisa jadi saat puasa nanti malah tidak menyenangkan tubuh ini.

"Makan yang banyak, biar kuat puasanya." Ibu sedang mengambil nasi yang posisinya cukup jauh darinya, sedangkan aku masih melihat-lihat apa yang terhidang di atas meja. Ada kangkung terasi, sambal belacan, tempe, sosis dan tahu goreng. 

Segera setelah Ibu selesai mengambil nasi dan mengambil lauk aku segera bergegas ke tempat nasi untuk memulai makan sahur pertamaku ini. Tidak dapat kupungkiri, rasa kantuk kerap mendera mata dan memberi komando padaku agar kembali tidur.

Namun tidak bisa, kali ini aku harus belajar puasa. Aku tidak boleh kalah dengan teman-teman sekelasku yang sudah sejak tahun kemarin memulainya. Mereka juga kerap membanggakan diri karena berhasil mendapatkan hadiah sejak mengamalkan rukun islam yang ketiga ini. 

Untungnya hari ini hari minggu, jadi aku tidak perlu bertemu mereka di sekolah. Jadi aku bisa lebih fokus untuk berdiam di rumah agar tidak banyak energi terbuang karena puasa ini. 

"Nak," 
"Iya Bu?" tiba-tiba Ibu memulai percakapan. 
"Kamu yakin mulai puasa tahun ini?"
"Yakinlah Bu, memang kenapa Bu?"
"Nggak sih, Alhamdulillah kalau gitu Nak. Ibu senang sekali, akhirnya Anak Ibu mulai puasa, tapi ...."
"Tapi apa Bu?" tanyaku penasaran. 
"Sebaiknya niatkan karena Allah ya Nak, bukan karena manusia. Biar puasanya lancar dan berkah," 
"Insya Allah ya Bu, doakan saja Ammar. Biar bisa jadi anak yang sholeh dan membanggakan Ibu nanti,"

Makan sahur pertamaku cukup lancar walau dengan wajah yang sedikit terangguk-angguk lantaran kantuk yang masih menempel di pelupuk mata. Kadang ibu juga mengajak ngobrol lebih jauh agar pikiranku teralihkan dan melupakan rasa ingin tidur sejenak.

***

Sudah menjadi rutinitas di akhir pekan bahwa aku akan berjalan-jalan di sekitar komplek untuk sekadar melupakan beban pikiran yang ada selama sekolah. Maklum saja, akhir-akhir kini kami sedang banyak tugas sekolah yang menuntut untuk berpikir lebih keras dan banyak. Jadi saat-saat libur adalah waktu terbaik untuk merelaksasikan diri atau bahasa gaulnya healing.

Karena tidak ingin terlalu lelah nantinya aku memilih menggunakan sepeda pada jalan-jalan pagi ini, selain lebih cepat menggunakan sepeda juga membuatku bisa berjalan lebih jauh. Untuk lingkungan tempat tinggalku yang mayoritas beragama islam tidaklah sulit menemukan mereka yang berpuasa sembari menjalan keseharian mereka. Jadi aku cukup percaya diri keluar.

Sampai tiba saat aku mengayuh sepeda di dekat rumah-rumah makan pinggir jalan, tempat yang biasa ramai itu kini sepi dan ditutupi dengan terpal. Tujuannya sih agar kita yang berpuasa tidak melihat mereka yang sedang makan. Walau begitu melihat mereka lalu lalang sambil menenteng bungkusan makanan saja bisa membuatku ngiler.

Tahu sendiri kan bagaimana enaknya masakan padang, kuah bumbu yang menguar dari balik kantung plastik itu dapat tercium sampai ke tempatku mengayuh sepeda. Tidak bisa terbayangkan bagi pemilik rumah makan itu apabila ia berpuasa. 

Kukayuh kembali sepeda ini melewati surga dunia itu dan mulai menjauh, memang sekitaran tempat tinggalku banyak sekali berjejeran toko-toko yang bervariasi mulai dari elektronik, mini market, pulsa dan voucher yang merangkap sebagai warung tradisional dan masih banyak lagi.

Ujian kembali datang ketika kulihat beberapa temanku memanggil agar aku mendekat ke mereka. Mereka adalah Kawir, Jarwo dan Bojur. 

"Dari mana Mar?" tanya Bojur santai.
"Dari rumah, kalian?"
"Biasa ... jajan siang hari hehe," sahut Kawir sembari menyeruput minuman segar di tangannya.
"Kalian nggak puasa apa?"
"Yah, Ammar Ammar. Kita ini kan belum dewasa, boleh dong puasa setengah hari. Sekarang buka, nanti lanjut lagi puasanya," kali ini Jarwo memberikan penjelasan.
"Oh, gitu ya? Maaf kalau begitu, aku nggak bisa sama-sama kalian. Aku puasa penuh nih soalnya." aku segera mengayuh sepedaku lebih kencang meninggalkan mereka yang agak keheranan sambil saling pandang. Aku takut tergoda.

Cuaca memang cukup terik, minum es adalah salah satu alternatif yang pasti akan kuambil jikalau tidak sedang berpuasa. Namun yang paling menyebalkan adalah ketika mereka masih saja sibuk menyeruput minumannya selagi mereka tahu aku sedang puasa. Tidak toleransi sekali ya.

***

Berkeliling hingga sore cukup membuat lelah juga, banyak sekali fenomena yang tersaji selama aku bersepeda tadi, namun maghrib akan segera tiba. Kurang lebih sepuluh menit lagi, Ibu sudah sibuk menyiapkan makanan berbuka untuk kita berdua. Karena Ayah pulangnya telat untuk menghadiri buka puasa bersama di kantornya, jadinya hanya kami berdua saja hari ini. 

"Gimana puasamu Ammar hari ini? Kuat?"
"Alhamdulillah Bu, cukup berhasil hehe ...."
"Cukup gimana? Tadi pas ngabuburit kamu ada makan atau minum?" Ibu bertanya dengan raut wajah heran.
"Eh, bukan gitu Bu. Maksudnya tadi Ammar hampir saja tergoda, karena teman-teman dan orang-orang yang nggak puasa. Lumayan ngiler dan pengin juga makan dan minum,"
"Oh, gitu ya? Ya sudah, maklumi saja mereka. Mungkin mereka lagi nggak boleh atau mereka berbeda agamanya sama kita, yang penting kita harus saling menghormati ya Ammar,"
"Siap Bu, Insya Allah kedepannya Ammar akan semakin baik lagi puasanya,"

Gema azan sudah berkumandang, menadandakan waktu berbuka telah tiba dan menandai pula berhasilnya puasa pertamaku hari ini. Hari pertama memang selalu berat, namun pelajaran yang kudapat juga begitu hebat. Puasa tidak hanya soal menahan lapar dan dahaga. Tapi juga menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah, semoga lancar ya puasa kalian.