Seperti hari-hari biasanya, hari ini pun 4 laki-laki ini berkumpul di bawah pohon rindang dibelakang kelas mereka, alias tongkrongan mereka. Dan sama seperti hari-hari biasanya muka Tompel selalu kusut kaya tali layangan.
“Nih biar ga asem mulut lo” Koko dateng ngasi permen
dagangannya ke Tompel, giat berhenti merokok mereka masih lanjut sampai
sekarang. Pokoknya tongkrongan bebas rokok harus bisa direalisasikan, pokoknya Bisa!
Bisa! Bisa!
“Thank you, Ko” Tompel ngambil permen yang Koko kasi
sementara mukanya tetap ketekuk kaya kanebo kering, ya beginalah hari-hari Tompel. Ntah karakternya yang moody-an ini bisa berubah atau ga, karena isi
otaknya selalu penuh dengan tuntutan orangtuanya yang banyak terhadap dia
sebagai anak pertama. Belum lagi masalah adik-adiknya, yang dia merasa
bertanggung jawab atas kehidupan mereka untuk bisa sukses secepat mungkin agar
bisa bantu membiayai sekolah adik-adiknya.
Dari sudut pandang orang tua Tompel sebenarnya tak
sepenuhnya salah. Hanya orang tua yang berharap agar anaknya sukses, itu saja. Apa
salah?
Namun Tompel tau betul betapa orang tuanya berharap
banyak kepada dia, yang mana orang tuanya habis-habisan ngebiayain les Tompel
meski ekonomi mereka sangat pas-pasan, Tompel merasa bertanggung jawab atas
segala pemberian orang tuanya, merasa bertanggung jawab juga sebagai anak
pertama untuk bisa menjadi payung pelindung adik-adiknya.
Tapi, sampai merasa terbebani sebegini beratnya
apakah benar?
“Pel, ada masalah?” Ucok datang menepuk pundak Tompel
yang membuat lamunannya buyar.
“Biasalah, cok” muka Tompel yang kusut dipaksakan
sedikit senyum yang berakhir aneh.
“Jelek banget Pel muka lu, jangan senyum deh” kata Ucok
sedikit jijik melihat muka Tompel.
“Lu protes mulu muka gw asem, gw manisin dikit
salah, padahal ganteng gini” protes Tompel ke Ucok. Ya, bisa diakui muka Tompel
memang bak pemeran utama di sinetron (sebut saja gantenk), tapi ya teman mana
yang mau mengakui perawakan rupawan sahabatnya yang setiap hari hal paling
jelek dari dia yang dilihat. Nama Tompel memang terkesan jelek hal ini kontras
terbalik dengan nama aslinya Edgar Mahendra yang terkesan berwibawa. Ntah kenapa
sugesti ini selalu berlaku di model pertemanan manapun, “tak ada sahabat yang
terlihat indah didepan mata, seindah apapun sebetulnya dia”.
“Koko gantenkk~ boye minta permennya gx?” Ale yang
baru datang langsung gelendotan di samping koko, mengeluarkan seluruh energi
cringe imutnya untuk sebuah permen. Meskipun ga gtu juga tetep koko kasi sih, cuma
begitulah si bungsu Ale ada saja tingkahnya untuk mencairkan suasana.
“hm? hm? Koko pemen pwizz?” kali ini keimutan yang
super menjijikkan dari Ale berhasil membuat teman-temannya yang lain bergidik
ngeri.
“GELI ANJ***!” Tompel, Ucok dan Koko secara
bersamaan reflek mengumpat ke Ale.
“hwahahaha kena lo semua” bukannya marah Ale malah
keliatan kesenangan. Tau kenapa? Bisa ditebak?
“permisi malaikat Zabaniyyah mau eksekusi dulu maszeh😊”
Peraturan tetaplah peraturan. Demi masa
depan yang cerah, kita rela berkorban.
– ikrar 4 kucrut
.
.
Catatan penulis :
Haiii sahabaaatt !!!
Mianhe sorry maafin bangett aku upload telat hari
ini,
Sekalian mau kasi info baru, bahwa jam update nya
akan dipindahkan ke jam 22.00
Karena sebelum jam itu aku masih ada beberapa
kegiatan dulu. Mohon maaf yaa…
Tapi aku tetep bakal update kok tiap minggu nya. Btw
thank you masih mau baca sampai episode ini, yang betah ya dilapak aku, babayy
! see u next week guys!
2 Komentar
Kasian si tompel..resiko anak sulung sih, beban mental kudu bantu ortu + adik"nya..:D
BalasHapusharus baca part satunya nih, biar paham dengan jalan ceritanya :D
BalasHapus