RUMAH HANCUR UTUH


pict by : @me.me


Seperti hari-hari biasanya, hari ini pun 4 laki-laki ini berkumpul di bawah pohon rindang dibelakang kelas mereka, alias tongkrongan mereka. Dan sama seperti hari-hari biasanya muka Tompel selalu kusut kaya tali layangan.

“Nih biar ga asem mulut lo” Koko dateng ngasi permen dagangannya ke Tompel, giat berhenti merokok mereka masih lanjut sampai sekarang. Pokoknya tongkrongan bebas rokok harus bisa direalisasikan, pokoknya Bisa! Bisa! Bisa!

“Thank you, Ko” Tompel ngambil permen yang Koko kasi sementara mukanya tetap ketekuk kaya kanebo kering, ya beginalah hari-hari Tompel. Ntah karakternya yang moody-an ini bisa berubah atau ga, karena isi otaknya selalu penuh dengan tuntutan orangtuanya yang banyak terhadap dia sebagai anak pertama. Belum lagi masalah adik-adiknya, yang dia merasa bertanggung jawab atas kehidupan mereka untuk bisa sukses secepat mungkin agar bisa bantu membiayai sekolah adik-adiknya.

Dari sudut pandang orang tua Tompel sebenarnya tak sepenuhnya salah. Hanya orang tua yang berharap agar anaknya sukses, itu saja. Apa salah?

Namun Tompel tau betul betapa orang tuanya berharap banyak kepada dia, yang mana orang tuanya habis-habisan ngebiayain les Tompel meski ekonomi mereka sangat pas-pasan, Tompel merasa bertanggung jawab atas segala pemberian orang tuanya, merasa bertanggung jawab juga sebagai anak pertama untuk bisa menjadi payung pelindung adik-adiknya.

Tapi, sampai merasa terbebani sebegini beratnya apakah benar?

“Pel, ada masalah?” Ucok datang menepuk pundak Tompel yang membuat lamunannya buyar.

“Biasalah, cok” muka Tompel yang kusut dipaksakan sedikit senyum yang berakhir aneh.

“Jelek banget Pel muka lu, jangan senyum deh” kata Ucok sedikit jijik melihat muka Tompel.

“Lu protes mulu muka gw asem, gw manisin dikit salah, padahal ganteng gini” protes Tompel ke Ucok. Ya, bisa diakui muka Tompel memang bak pemeran utama di sinetron (sebut saja gantenk), tapi ya teman mana yang mau mengakui perawakan rupawan sahabatnya yang setiap hari hal paling jelek dari dia yang dilihat. Nama Tompel memang terkesan jelek hal ini kontras terbalik dengan nama aslinya Edgar Mahendra yang terkesan berwibawa. Ntah kenapa sugesti ini selalu berlaku di model pertemanan manapun, “tak ada sahabat yang terlihat indah didepan mata, seindah apapun sebetulnya dia”.

“Koko gantenkk~ boye minta permennya gx?” Ale yang baru datang langsung gelendotan di samping koko, mengeluarkan seluruh energi cringe imutnya untuk sebuah permen. Meskipun ga gtu juga tetep koko kasi sih, cuma begitulah si bungsu Ale ada saja tingkahnya untuk mencairkan suasana.

“hm? hm? Koko pemen pwizz?” kali ini keimutan yang super menjijikkan dari Ale berhasil membuat teman-temannya yang lain bergidik ngeri.

“GELI ANJ***!” Tompel, Ucok dan Koko secara bersamaan reflek mengumpat ke Ale.

“hwahahaha kena lo semua” bukannya marah Ale malah keliatan kesenangan. Tau kenapa? Bisa ditebak?

“permisi malaikat Zabaniyyah mau eksekusi dulu maszeh😊

Peraturan tetaplah peraturan. Demi masa depan yang cerah, kita rela berkorban.

– ikrar 4 kucrut

.

.





Catatan penulis :

Haiii sahabaaatt !!!

Mianhe sorry maafin bangett aku upload telat hari ini,

Sekalian mau kasi info baru, bahwa jam update nya akan dipindahkan ke jam 22.00

Karena sebelum jam itu aku masih ada beberapa kegiatan dulu. Mohon maaf yaa…

Tapi aku tetep bakal update kok tiap minggu nya. Btw thank you masih mau baca sampai episode ini, yang betah ya dilapak aku, babayy ! see u next week guys!



<<< Episode Sebelumnya