Gambar : ©Cmmrc2 (Telegram Channel Pixel Art)


"Kau brengsek Yud!" ucap seorang anak yang sedang mencoba memperbaiki mainan ditangannya.

"Ma ... maaf, aku tidak sengaja Will. Sini kubantu memperbaikinya." tangan Yuda mencoba menggapai mainan yang rusak cukup parah dari tangan Willy, namun Willy segera menariknya dan pergi dari sana.

"Jangan pernah temui aku lagi, Aku tidak sudi melihat wajahmu!" Willy pergi begitu saja, meninggalkan Yuda dengan raut wajah penyesalan.

** 

Willy terbangun dari mimpi buruknya, sudah tiga hari ini ia bermimpi tentang masa lalunya bersama mantan sahabatnya Yuda. Ketika mereka masih SD dan sering bermain bersama, kenangan yang sangat indah karena hanya Yuda satu-satunya temannya dan ia juga yang paling mengerti keadaan Willy.

Sayup-sayup suara takbir menggema sekitar pukul 04.10 tanda masuk waktu subuh. Willy bergegas mengambil wudhu dan berganti pakaian, hari ini adalah hari raya Idul Fitri. Setelah tiga puluh hari berpuasa menahan segala lapar, haus dan syahwat dalam diri akhirnya hari kemenangan itu tiba juga. 

Di kamarnya saat Willy sedang memakai baju muslimnya untuk salat, pandangannya tak sengaja menatap ke arah mainan yang paling ia cintai sejak dulu, yang kini telah ada cacat karena pernah rusak oleh sahabatnya Yuda. Hal itu juga yang membuat persahabatan mereka kini putus, tiga tahun lamanya.

Saat pagi hari pun tiba, Willy beserta keluarga di rumahnya yang terdiri dari ayah, ibu dan adik perempuannya saling sungkem dan meminta maaf atas segala kesalahan yang telah mereka perbuat selama satu tahun ini. 

"Maafin Willy ya Pa, mohon doanya agar Willy selalu jadi anak yang sholeh dan berbakti pada kedua orangtua." kata Willy sembari mencium tangan ayahnya.

"Iya Nak, semoga kamu jadi anak yang sholeh dan bisa jadi contoh untuk adikmu ya," jawab sang ayah hampir berlinang air mata.

Begitulah seterusnya hingga tiba giliran adik Willy sungkem pada mereka bertiga. Hal ini memang sudah menjadi kegiatan tahunan keluarga Willy sebelum berangkat salat Idul Fitri. 

***

Lapangan masjid menjadi penuh dengan jama'ah yang hadir untuk melaksanakan salat Eid, mereka tampak antusias mendengar khotbah yang dibawakan oleh Ustadz Sardi yang memang terkenal khas dan enak didengar ceramahnya, Willy berada pada shaff kedua pagi itu, turut khidmat mendengarkan isi khotbahnya dengan seksama.

Tema dari khotbah salat Eid tahun ini adalah tentang memaafkan sesama muslim, Willy tersentak dan merasa isi khotbah ini sedang menegur dirinya, yang memang telah memutus tali ukhuwah islamiyah dengan mantan sahabatnya itu. 

Belum lagi Ustadz Sardi dengan lantang dan gamblang menjelaskan bagaimana seharusnya seorang muslim mempererat tali silaturahim dan ukhuwah dengan sesama muslim yang lainnya karena kita semua adalah saudara seiman. 

Pulang dari salat Eid itu Willy jadi kembali berpikir, "Apa semua yang kulakukan saat ini sudah benar pada Yuda? Mungkin aku terlalu keras padanya dulu," 

Sesampainya di rumah, Willy langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Rangkaian kegiatan pagi ini cukup membuatnya lelah dan ingin segera memejamkan mata.

"Tring,"

Sebuah notifikasi muncul dari smartphone miliknya, namun Willy tak menggubris dan tetap memejamkan mata mencoba untuk tidur. Namun, karena rasa penasaran akhirnya ia mengambil smartphone-nya yang berada di meja tepat di samping kasurnya.

Rupanya dari grup kelasnya, beberapa ucapan Eid Mubarak bermunculan memenuhi kolom chat. Ada juga yang mengirimkan stiker yang meriah karena malas mengetik panjang-panjang dan tidak ingin salin tempel ucapan orang lain.

Setelah memeriksa grup Whatsapp, akhirnya Willy kembali tidur. Ia merasa tidak perlu membalas ucapan-ucapan mereka di grup saat ini, toh nanti ada juga yang bertandang ke rumahnya. 

***

"Will! Kemana saja kau selama ini?"

Willy tiba-tiba mendengar suara dari arah belakangnya, namun ia tidak tahu sekarang berada di mana. Seingatnya tadi ia sedang berbaring di kasurnya. 

"Will, Willy ...."

Suara itu terus menerus memanggilnya, setengah berbisik namun sangat jelas ditelinganya. "Siapa?" tanya Willy sembari mencari dari mana asal suara itu.

"Ini aku, Yuda. Kau masih ingat aku?"

Akhirnya Willy menyadari bahwa itu memang suara sahabat lamanya, karena sudah lama tidak berjumpa sampai-sampai suara Yuda hampir dilupakannya.

"Yud? Kau di mana?"
"Aku di sini, berbaliklah,"

Saat Willy berbalik, ia melihat Yuda dengan wajah datar dan memakai setelan serba putih. Dibenaknya Willy merasa agak ngeri karena wajah Yuda terlihat pucat dan tirus, bagai orang yang tidak makan tiga hari.

"Kau ... kenapa Yud?" Willy terdiam sejenak.
"Aku, tidak bisa masuk surga ... hiks." Yuda menunduk sedang menahan air matanya keluar.
"Hah? Maksudmu?"
"INI SEMUA GARA-GARA KAU WILLYYYY!" suara Yuda tiba-tiba meninggi dan keras sekali.

Willy dengan spontan menutupi telinganya dari suara Yuda yang nyaris memekakan gendang telinganya.

"KARENA KAU, AKU TIDAK BISA MASUK SURGA. KAU HARUS TANGGUNG JAWAB!" Yuda berjalan semakin mendekat.

"Ughh, maaf maafkan aku Yud." Willy terus mencoba menjauh darinya sembari menutupi telinganya.

"WILLY WILLY ... WIL--"

***

"Uaaahh!" Willy terbangun dari tempat tidurnya, bajunya basah karena keringat. Ia lupa menghidupkan AC di kamarnya, namun yang membuatnya lega adalah semua itu hanya mimpi. 

"Apa itu tadi? Kenapa aku bermimpi hal itu?" Willy kini duduk di samping kasurnya, ia masih tak percaya hal ini masih dialaminya hampir sepekan ini. Mimpi itu terus datang dan membuatnya resah.

"Aku harus selesaikan semua ini, bagaimanapun ini harus selesai,"

***

Motor Willy baru saja berhenti di sebuah parkiran, di hadapannya ada lapangan rumput luas dengan banyak batu nisan. Ia berjalan menyusuri pekarangan kuburan islam itu sambil berucap, "Assalamu'alaikum Ya Ahli Kubur,"

Hingga sampailah Willy di sebuah kuburan, bertuliskan Yuda, 27 maret 2022. Willy duduk, sebelum melaksanakan keinginannya ia terlebih dahulu membersihkan rumput-rumput liar yang ada di kuburan Yuda. 

"Yud." tangan Willy memegang batu nisan itu, "Aku selama ini sudah salah padamu ... seharusnya aku tidak meninggalkanmu waktu itu, aku ... sedang emosi saja. Kamu sampai bela-belain menguras tabunganmu untuk membelikan aku mainan baru,"

"Namun, karena kurang hati-hati. Kamu sampai tertabrak mobil, hingga meninggal. Maaf Yud, padahal kita bersahabat sejak dulu. Tapi aku yang bodoh, aku yang jahat padamu. Selama ini aku bukanlah sahabat yang baik bagimu.

"Beberapa hari yang lalu aku terus bermimpi tentang hari itu Yud, tentangmu ... mungkin jiwamu belum tenang di sana juga karenaku. Yud, aku memaafkanmu. Segalanya sudah kumaafkan, maaf aku tidak pernah datang ke pemakamanmu, bertahun-tahun aku masih menyimpan dendam dan sakit hati ini. Tapi kini aku maafkan kamu Yud, semoga kamu ditempatkan di sisi Allah ... di surganya.

Air mata berlinang, jatuh di pusara Yuda. Willy kembali teringat sekua kenangan yang pernah ia lewati bersama sahabatnya itu. Namun, kini ia tak bisa lagi bercengkrama dan tertawa bersama. Sahabatnya sudah dipanggil oleh yang maha kuasa, Willy berharap ia dapat kembali bersahabat dengan Yuda. Di surganya kelak.