(Pict by : @paige at Pinterest)
(Pict by : @Paige from Pinterest)


Nona sangat mempercayai Tuan

Begitu pun Tuan mempercayai Nona 

Begitulah akhirnya mereka hidup bersama dalam rumah sederhana di desa


Konon, seluruh pria didesa ini tak cukup hanya dengan satu wanita. Mereka menyebutnya kutukan tabir 

Kutukan yang dibuat oleh seorang penguasa yang dikhianati istrinya sendiri, dan mengutuk wanita seluruh desa untuk merasakan rasa sakit seperti yang dirasakannya. 


Namun Tuan, menolak mentah-mentah mitos tsb

Baginya, Nona adalah satu-satunya wanita seumur hidupnya

Begitupun Nona percaya bahwa Tuan cukup dengan dirinya seorang

Cinta mereka sangat besar untuk bisa mematahkan mitos tsb


Pada suatu hari, seperti hari-hari biasanya Tuan pergi ke laut untuk berlayar mencari ikan

Nona dan Tuan pun berpamitan di ambang pintu rumahnya

Saling berpelukan seolah ini perpisahan terakhir mereka


Sementara di seberang lain rumah, terlihat rekan kerja tuan sedang berpamitan dengan ke-2 wanita-nya di ambang pintu pula 

Nona memandang penuh arti kearah seberang

Tuan yang sadar langsung memalingkan wajah Nona kearahnya dan mengecup pelan kedua mata Nona 

"Janji, mata ini tak akan pernah melihat hal yang sama"


Tuan dan rekannya pergi berlayar langsung ke laut

Tak sedikit pun matanya tertarik untuk melirik wanita yang berpapasan dengannya

Sekalipun digoda oleh pegawai prostitusi dipasar, tangan gemulai itu pasti langsung ditepis mentah-mentah 

Mata tuan hanya tertarik melihat ikan di laut, atau Nona-nya saja. 

Begitulah tuan yang dipercayai oleh Nona, tak ada kebohongan. 

Dan tak pernah berbohong sekalipun. 


Tuan dan rekannya pun langsung berlayar dengan perahu masing-masing, mencari ikan untuk menafkahi wanita-nya dirumah

Mata tuan menilik-nilik air laut yang jernih, bersiap melesatkan tombaknya

JBUURRR! Tombaknya tepat mengenai sasaran

Cepat diambilnya ikan itu ke dalam perahu 

Ikan itu sangat besar dengan darah segar yang menetes 

"Ikan ini akan ku simpan untuk makan malam nona" begitu pikir tuan

Tuan kembali menyiapkan tombaknya untuk mencari ikan segar lainnya 

"Hiks hiks hiks" tiba-tiba Tuan mendengar suara tangisan wanita

Semakin lama suara tangisan itu semakin jelas

Benar saja, suara itu tepat berada disampingnya 


Betapa terkejutnya Tuan, itu adalah tangisan seorang wanita yang bersimbah darah diperahunya

Wanita tersebut terbaring tak berdaya dengan tubuhnya yang hanya ditutupi oleh darahnya saja

"Ada apa nona? Ada apa?!" dengan panik Tuan langsung memeriksa tubuh wanita tsb

Darah segar masih mengucur dari perut wanita itu

"Aa.. Apa yang terjadi Nona? Kau tidak apa-apa? " tuan masih sibuk menyumpal luka itu dengan kain, berharap ini bisa membantu

"Aku adalah ikan yang kau tombak tadi, Tuan"  

Seketika Tuan membatu, tak bergerak, tak berkata-kata. Otaknya masih memproses apa yang terjadi

Selang beberapa detik, tersadar Tuan akan wanita didepannya yang hanya diselimuti darahnya seorang, langsung memberikan baju yang dia kenakan

"Kau orang baik Tuan, tinggal saja aku disini. nyawaku tak seberapa dibanding hati Nona-mu" wanita ikan ini seakan bisa menilik pikiran seorang

Tuan terdiam, berkecamuk dengan perasaannya sendiri. 


"Aku yang melukaimu, aku akan bertanggung jawab" 

"Nyawa itu penting bagi semua orang" 

Kali ini Tuan mantap dengan ucapannya. 


Dikayuhnya perahu ke tepi daratan sepi, 

Dibopongnya wanita ikan dengan hati-hati, dibawanya kesebuah gubuk tua jauh didalam hutan.

Wanita itu di obati, dirawat, dan diberi makan dengan baik oleh tuan. 

1 minggu ia tak pulang kepada Nona, 1 minggu pula tinggal digubuk untuk merawat wanita ikan


Tuan pun berlayar kembali untuk pulang

Tak lupa ia menombak beberapa ikan seadanya untuk dibawa pulang 

Satu-satunya yang ada dipikiran Tuan adalah Nona.

Dengan tergesa-gesa dia menambatkan perahunya, dan setengah berlari menuju rumahnya 

Tak dia pedulikan lagi penampilan nya sekarang 

Dia hanya perlu melihat Nona-nya. 


Belum sampai di rumah, dia sudah mendengar suara Nona berteriak memanggil namanya

Tuan seakan gila merindukan pujaan hatinya itu

"Tuan...! " suara itu tepat dibelakangnya dengan tepukan kecil dipundaknya

Tuan hapal betul setiap inci tubuh Nona-nya, bahkan harumnya dari kejauhan sekalipun 

Dan Tuan tau, ini bukan halusinasinya lagi. 


Tak terbendung sudah air mata Tuan saat melihat Nona tepat berada didepannya

Dipeluknya Nona erat-erat

"Oh tuan... Aku kira aku akan hidup sebatang kara" Nona berkata dengan terisak dalam pelukan tuan

"Aku tidak akan pernah meninggalkan mu Nona, tidak sedetik pun" 


Dirumah Nona dan Tuan duduk berdua di ruang makan, diterangi cahaya api unggun yang sedikit lagi mati

Tuan melirik kearah tungku api, kayu yang ada memang tinggal sedikit

"Cahaya semakin redup, mendekatlah Nona, agar kau tetap merasa aman" ujar Tuan

"Maafkan aku, hanya kayu-kayu itu yang mampu aku kumpulkan sebelum gelap, sedangkan pagi hingga sore aku harus mencari makanan di pasar" Nona menunduk merasa bersalah

"sungguh tak apa Nona, segala hal yang aku perlukan hanya Engkau. Sekarang ceritakan, apakah kau baik-baik saja 1 minggu ini?" Tuan menenangkan Nona dan mendekapnya pelan disisi


"Saat aku terbangun pagi, aku akan menangis menyadari Tuan tak ada disampingku. Aku langsung membuatkan teh kalau-kalau Tuan datang Pagi ini," 

"Saat Siang hari aku menjadi pembajak dikebun orang, kadang diberi upah beras kadang beberapa ubi hasil panen. cukup untuk makan kita berdua 1 hari,"

"Saat sore hari, aku buru-buru mencari kayu dihutan sebelum gelap, dan cepat menyalakannya untuk menerangi rumah," 

"Saat malam hari, aku kembali menyiapkan api dan memasak makanan. Kalau-kalau Tuan pulang, sedang merasakan kelaparan dan kehausan."

"Dan hari ini akhirnya kau kembali, Tuan." Nona bercerita panjang lebar. Sedang Tuan hanya terdiam, dari balik cahaya remang-remang tuan sekuat hati menahan air matanya. 

"Sekarang ceritakan 1 minggu mu Tuan, apa kau baik-baik saja?" kini giliran Nona yang bertanya, dan Tuan yang harus bercerita


Tuan tetap diam,

Tak mungkin untuk menceritakan 1 minggu yang akan menyakiti hati Nona-nya ini.