Aku adalah seorang basis di band-ku yang telah aku berdiri selama 3 tahun. Di dalam hatiku tetap terasa hampa akan sarat sesuatu yang seharusnya ada, tetapi aku tidak tahu apakah itu? Aku lahir dilahirkan dari keluarga yang sangat jauh dari Islam bahkan kehidupanku diberikan kebebasan untuk melakukan apa pun selagi batas wajar. Akan tetapi, lain halnya dengan apa yang orang tuaku harapkan. Aku tidak sepolos yang dibayangkan. 

Aku adalah orang yang penuh rasa penasaranku hilang.
Hingga aku terjebak dengan minuman keras, obat-obatan terlarang dan pergaulan bebas. Itu terjadi ketika aku main k erumah Yopi, salah satu anggota band-ku. Dia adalah vokalis di band-ku.

 Aku dan sudah sering bermain game di tempat tinggalnya hingga malam itu tiba, aku tidak tahu apa yang dimaksud Yopi dalam minuman yang dia suguhkan untukku hingga aku tak sadarkan diri dalam keadaan sehancur-hancurnya sebagai seorang perempuan di usiaku yang masih remaja 18 tahun.

“Reyna, ini minum lo," ucap Yopi kepadaku

 Aku pun mengambil gelas berisis minuman yang tampak seperti sprite biasa. Namun tiba-tiba kepalaku terasa pusing sekali hingga aku pun pingsan tak sadarkan diri. Aku tidak tahu apa yang Yopi lakukan, hingga aku tersadar tepat pada pukul 02.00 pagi tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuhku. Dari situlah awal kehancuran dalam hidupku sebagai wanita.

 Aku tidak pernah menceritakan kejadian ini pada orang tuaku bahkan untuk melaporkannya ke polisi pun aku enggan karena malu akan tersebar. Beruntungnnya aku tidak hamil, tetapi emosiku jadi semakin tidak stabil.
Aku keluar dari band dan mulai hidup sendiri jauh dari sosialisasi. Hingga aku bertemu dengan sosok perempuan yang pernah kubenci yaitu Andin, seorang perempuan alim yang selalu menasehatiku setiap kali bertemu di SMA dulu. 

Aku menceritakan semua yang telah aku alami hingga dia berhasil mengajak dan memperkenalkanku dengan islam.

“Andin, kenapa sih, harus pakai jilbab segala? Ini tuh, panas sma ribet,” ucapku merasa risih dengan jilbab yang aku kenakan.
“Reyna, ini bertujuan untuk menutupi auratmu sebagai wanita. Wanita itu auratnya adalah seluruh tubuh jadi kamu harus bisakan menggunakan pakiaan longgar yaitu jilbab agar auratmu tidak terlihat oleh kau adam yang bukah mahramnya,”jelas Andin padaku.

“Jadi aku harus seperti ini, setiap hari mengeakan jilbab untuk menutipi aurat? Ini perintah siapa?” tanyaku memastikan bagaimana datangnya perintah ini.

“Ini adalah perintah mutlak yang datang dari Allah di dalam AL-Qur’an Al-Ahzab ayat 59. Jadi kamu tidak bisa membantahnya. Jika kamu menolak maka kamu akun mendapat dosa. Namun sebaliknya jika kamu melaksanakannya kamu akan mendapatkan pahala,”jelas Andin kembali padaku.

Mendengar penjelasannya, aku terdiam dan mulai menerima menggunakannya. Aku memang terlahir di lingkungan keluarga yang beragama islam, tetapi kehidupanku dan keluargaku jauh dari islam. Namun, Andin menjelaskan bahwa islam bukanlah suatu agama yang dicirikan oleh keturunan. Islam adalah jati diri seseorang manusia yang menjelaskan setiap perintah Allah dan menjauhi larangan-nya.

Kini setelah mengenal islam secara menyeluruh bersamam Andin, salatku selalu tepat waktu tak tertinggal. Begitu besar efek yang aku dapatkan hanya dari salat, ketika aku mengiklaskan diriku untuk berhijrah menjadi lebih baik dengan islam walaupun tanpa sepengetahuan orang tauku. Kini aku mampu mengendalikan naluri emosiku, menjauhkan diri dari pergaulan bebas karena semuanya diatur sedemikian rupa oleh islam daru mulai bangun tidur sampai tidur lagi didalamnya semuanya sudah diatur. Hatiku mersa tentram dan damai hingga Allah memberi ujian lewat keluargaku.

Kedua orang tuaku pulang dari bisnis kerjanya di luar kota, melihat penampilanku berada dengan setelah gamis syang benar –benar menutupi auratku secara sempurna.

“Rey, kamu kenapa, sayang? Kenapa kamu berpakiaan tertutup seperti ini?” tanya ibuku yang tampak terkejut melihatku dengan pakaian gamis ini.
“Mah, Rey hanya berusaha untuk menjadi lebih baik dari Rey sebelumnya. Rey mulai belajar menutup aurat Rey sepenuhnya sebagai jati diri seorang wanita muslimah. Mamah engga keberatankan?” tanyaku dengan senyum yang di paksakan, menahan gugu serta ketakutan terhadap tanggapan dari ibu dan ayahku.

“Mamah tidak setuju Rey. Kamu ini main sama siapa sih, selama mamah sama papa, tidak ada ha? Tampilan seperti ini seperti teroris ini namanya, Rey," balas mama yang benar-benar membuatku lemas.
Bisa-bisanya Mamah memngatakan aku yang berusaha menjadi lebih baik disamakan dengan tampilan seorang teroris. Aku yang berusaha menahan air mata mencoba kembali menejelaskan,

 “Mah, Pah, izinkan aku hijrah ke dalam islam sepenuhnya. Aku melakukan ini juga demi kebakanku.
“Plak!

Papah tanpa sepatah kata pun menampar wajahku dengan keras hingga sudut bibirku berdarah.

“Ingat Rey, Papah dan mama tidak setuju dengan keputusanu. Papah akan bakar semua pakian kamu dan mengusirmu dari sini,”tegas papa dengan tatapan dingin mengarah padaku tanpa ampun, memasuki kamar dan membawa semua pakaianku membakarnya di depan mataku sendiri.
Aku benar-benar kecewa dengan tanggapan dari papa dan mama. Aku berharap keistikhmahanku mampu melmbutkan hati kdeua orang tuaku.
Disetiap sepertiga malam, aku panjatkan pengharapan dan permohonan guna mebalikkan hati kedua orang tuaku.

 Begitu cepat Allah kabulkan doaku. Di tengah tangisan permohonanku kepda-nya, mama dan papa mengdengar semua yang aku panjatkan. Keduanya memuluk dan mengiklaskanku untuk istikamah dengan jalanku.