Malam itu Pak Tarjo sedang bersiap-siap untuk tidur di pembaringan rumahnya setelah lelah bekerja di sawah sejak pagi tadi, dalam suasana malam yang hening itu ia terus berpikir dan merenung akan nasibnya kedepan. Di sela-sela renungannya ia kembali mengingat masa lalu dan apa yang telah ia perbuat selama ini.
Sebenarnya Pak Tarjo adalah seorang sarjana pertanian, usianya sekarang juga masih terbilang muda yaitu sekitar 27 tahun. Tapi sifatnya yang ramah dan suka menolong orang lain di kampungnya menjadikan ia sering dipanggil dengan sebutan 'pak'.
Hal ini tentunya beralasan, karena selain ia bertani di sawah juga setiap pekannya selalu mengurusi panti asuhan yang ada di kampungnya. Di sana Pak Tarjo mengajari anak-anak baca tulis, menghitung ni dan beberapa pelajaran agama. Setengah dari pendapatannya juga ia sisihkan untuk keperluan mereka.
Sebenarnya karir perkuliahannya cukup sukses ketika berada di kota dulu, saat masih menjadi mahasiswa, ia aktif dalam beberapa organisasi di kampusnya bahkan pernah menjabat sebagai ketua BEM. Tarjo juga cukup populer di kalangan teman-temannya, ia orang yang ramah, gemar menolong dan tidak mudah menyerah akan sesuatu yang diinginkannya.
Sedari awal kuliah, impiannya adalah ingin bermanfaat untuk banyak orang dan bisa membahagiakan kedua orang t niuanya. Impian untuk memberangkatkan orang tuanya pergi haji juga menjadi salah satu motivasi terbesarnya untuk semangat merantau ke kota sambil kuliah.
Untuk membiayai kehidupannya selama di kota, Pak Tarjo bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran kecil. Jarak tempat kostnya dan kampus tempat ia belajar cukup dekat, sehingga Pak Tarjo dapat menghemat uangnya untuk transportasi dan uang yang didapatnya dari hasil kerja lebih diprioritaskan untuk membayar uang kuliahnya.
***
Ada satu momen di mana Pak Tarjo memilih untuk mengabdi pada desa tempat tinggalnya dibandingkan bekerja dan menetap di kota yang menjadi bagian dari hidupnya itu. Ketika ia sedang berkutat pada serangkaian tugas akhir yang harus dilewati untuk meraih gelar sarjana miliknya.
Ketika itu ia sedang meneliti keadaan sawah yang menjadi tujuan penelitiannya, setelah beberapa saat menganalisis dan mewawancarai beberapa petani yang ada di sana Pak Tarjo diajak untuk ikut makan di rumah salah seorang petani yang ia wawancara, saat itu ia melihat fenomena di mana daerah tempat Tarjo meneliti hanya terdapat orang-orang tua dan sangat sedikit anak mudanya.
"Maaf Pak, kalau boleh tahu ... anak-anak muda di desa ini pada kemana ya Pak? Soalnya dari tadi hanya satu atau dua orang aja yang saya lihat," tanya Pak Tarjo.
Sang bapak tidak langsung menjawab, terlebih dahulu ia menghela napas sambil menuangkan teh hangat ke gelas Pak Tarjo.
"Yahh ... beginilah Nak, keadaan di kampung kami." jawab petani itu sembari menyodorkan segelas teh hangat ke Pak Tarjo.
"Anak-anak muda di kampung ini pada tinggal di kota, kerja di sana, nikah di sana, udah lupa sama desanya sendiri. Pulang juga palingan pas lebaran aja, kayak anak Bapak," ucapnya sebelum menyeruput teh.
Pak Tarjo hanya bisa mengangguk dan prihatin dengan penjelasan sang Petani tadi.
"Maaf Pak sebelumnya ... memangnya anak Bapak kemana?" tanya Pak Tarjo pelan.
"Anak Bapak juga sama, pergi merantau di kota. Niat awalnya pengin kuliah, tapi mungkin karena sudah nyaman di sana jadinya dia tinggal di sana, nikah di sana, hanya hari besar aja dia pulang ke rumah ini," jawab sang Petani tadi setengah menunduk.
"Mungkin karirnya di sana bagus ya Pak?" tanya Pak Tarjo penasaran.
"Iya, lumayan Nak. Dia di sana diterima di perusahaan sebagai karyawan tetap, sejujurnya Bapak senang kok kalau anak Bapak bisa sukses, yang Bapak sed no omihkan cuman satu ... kondisi desa di sini semakin sepi dari para remaja yang cerdas. Kalau kami kan sudah tua, tenaga sudah tidak ada ... ya harapan kami generasi muda seperti kalianlah yang merubah keadaan." jawabnya.
Seketika Pak Tarjo teringat kembali pada mimpi dan cita-cita awalnya dahulu, di mana ia bertekad untuk mengembangkan desa tempat tinggalnya. Setelah lama berbincang dan makan, Tarjo muda segera pamit dan pulang ke kostnya.
"Mungkin aku sudah terlalu jauh berpikirnya, tidak ada salahnya kalau aku mencoba memperbaiki desa," pikirnya ketika berbaring di kamar kost.
Setelah kejadian itu, Pak Tarjo bangkit dengan semangat baru. Ia menyelesaikan tugas akhirnya hanya dalam waktu dua bulan lebih, hal ini ia lakukan agar segera cepat kembali ke kampung yang sudah lama ia rindukan. Walau beberapa tawaran pekerjaan sudah menghampirinya, tapi ia tetap teguh pada cita-citanya dan tetap memilih mengabdi pada desanya.
***
Pak Tarjo pun tertidur setelah renungan panjangnya, ia tidak pernah menyesali segala keputusannya. Walau banyak cibiran tetangga karena seorang sarjana sepertinya tidak bekerja di kota layaknya anak lain, itu tidak membuatnya putus asa dan tetap bermanfaat pada masyarakat desa.
10 Komentar
Ahh mantap, nasib saya hampir sama pak tarjo,
BalasHapusKunjungi balik ya om https://mnoorfahrul.blogspot.com/?m=1
Alhamdulillah, Siap Gan hehehe.
HapusKeren kakkk the best
BalasHapusTerima Kasih Gan.😁
HapusKunjungi balik kak
BalasHapushttps://herjunastar.blogspot.com/2021/02/adaptasi.html
Siap Gan, Langsung Mampir.
HapusKeren juga Membuat Blog dengan genre novel seperti ini.
BalasHapusAlhamdulillah, Semoga tetap Istiqamah Postingannya Gan🙏😁👍.
HapusMantap kak,terima ksih
BalasHapusAlhamdulillah, Sama-sama Gan, semoga betah ya :)
Hapus