Kisah singkat hidupku

Aku memang anak kampung yang punya sejuta harapan aku tau aku terlalu banyak punya khayalan yang tinggi. Tapi aku hanya memiliki sebuah keyakinan dan kerpercayaan diri yang kuat untuk, menjalani sebuah kehidupan yang penuh dengan misteri ini asam, manis,pahit dunia ini telah aku rasakan. Di desa karimunting ini lah aku memulai sebuah perjalanan hidupku disinilah aku dilahirkan dan di besarkan. hidup ku kecil sangatlah memperhihatikan dimana aku di lahirkan dari kelurga yang serba kekurangan ayah ku adalah seorang nelayan kecil di desaku ibu ku seorang ibu rumah tangga.

saat aku kecil aku masih ingat sekali saat, itu teman temanku memiliki mainan yang bagus dan uang jajan yang bisa di katakan cukup banyak sedangkan aku hanya bisa meratapi nasib yang aku miliki saat itu. aku masih kecil dan tidak mengerti apa- apa tapi aku merasakan betapa sedihnya saat itu tidak memiliki uang jajan seperti teman temanku. Pada saat itu ada pembukaan siswa baru untuk sekolah dasar dimana anak di desaku mendaftar untuk bersekolah menumpuh pendidikan begitu juga, dengan aku. Disini aku merasa sangat bahagia karna masih bisa sekolah dan bermain bersama teman-temanku, ceng.... ceng... ceng.....”bunyi lonceng masuk pertanda kami harus masuk kelas”.

Aku belajar membaca menulis di sekolah sama dengan teman- teman lainku. kami bersuka cita belajar bernyanyi bersama guru. Hinggak tak terasa bel istirahat pun berbunyi aku dan teman-teman ku bergegas istirahat ke kantin,

“ Uhhh! tiba tiba aku melihat ke saku baju aku aku lupa". 

ternyata aku tidak memiliki uang sepeserpun aku terdiam sejenak dan merenung sambil memegang perutku yang sudah mulai lapar.

 Aku hanya di bengkali air putih tanpa uang jajan sepeserpun aku pun meminum air putih itu, hingga aku kenyang. Tiba -tiba ada seorang teman yang menghapiriku nama nya adalah Jois.

“mengapa kamu tidak ke kantin?” Tanya Jois.

Aku menjawab “ aku tidak memiliki uang seperspun jo.”  Ujar aku.

“ jois tidak apa -apa pakai uang ku dulu!” jawab jois.

Aku sangat beruntung masih memiliki teman yang baik seperti Jois, dia sangat baik kepadaku.

Menginjak aku SMP keadaan ekonomi kelurgaku tidak juga membaik malah semakin memburuk. Di saat itu aku merasa sangat terpukul dan hancur berkemping aku tidak bisa melanjutkan ke jejang SMP  tetapi, aku tetap semangat dan mencari cara bagaimana, cara nya supaya bisa masuk SMP. aku sempat menajdi pemulung barang rongsokan untuk membeli buku agar bisa sekolah tapi tuhan maha adil ada kelurga ku yang mau membantu ku untuk melanjutkan sekolah. Betapa, bahagianya aku mendengar kabar itu aku sangat bersykur kepada tuhan.

Di saat, SMP aku bukan lah anak yang cerdas aku hanya lah anak yang biasa-biasa saja namun, aku memiliki kemauaan yang kuat agar bisa menjadi anak yang pintar. Waktu itu pas pulang sekolah  aku langsung pergi mencari rongsokan untuk aku jual agar bisa membeli lauk untuk makan sedangkan, orang tua ku masih di laut mencari nafkah untuk membeli beras sepulang nya aku dari mencari barang ronsokan aku melihat, adik perempuanku yang sedang memegang perutnya.

 “kenapa kau memegang perutmu dik?” Aku bertanya.

“aku sangat lapar bang.” Ucap adik ku.

Mendengar semua itu di dalam hati kecil ku aku menangis jiwa ku meronta-ronta bagaimana tidak meliahat adik ku yang berumur 6 tahun itu kelaparan sedangkan ayah ku masih berjuang mencari sesuap nasi. Aku tidak bisa berbuat apa-apa aku hanya bisa berdoa karna barang rongsokan yang aku cari tidak mungkin cukup untuk membeli beras tak lama kemudiaan,  ayah ku datang ternyata juga tidak membawa hasil tanggapan sebab angin di laut sangat kencang.ibu ku pun ,tak mampu berkata apa-apa beruntung kami masih memiliki ubi untuk dimakan. Saat tibanya hari raya aku malah semakin berputus asa melihat kondisi keluarga ku bagaimana,tidak ayah dan ibu ku tak memiliki uang untuk membeli baju jangan, kan untuk membeli baju untuk membeli makanan di hari raya pun mereka tak sanggup. Aku tak marah dengan kondisi ku waktu itu aku hanya bisa berdoa dan meminta kepada sang pencipta.

Alhamdulialah allah mendengar doa saya saat saya menginjak SMA dimana kondisi ekonomi saya mulai membaik berkat di bukanya perusahaan PT kelapa sawit yang ada di daerah saya ibu dan bapak saya bisa bekerja di sana penghasilannya lebih baik dari sebelumnya. Aku sangat bersyukur yang dulu nya pulang sekolah hanya makan ubi sekarang bisa makan nasi dan adik-adik ku tidak lagi kelaparan seperti, sebelumnya dimana mereka selalu, memegang perutnya karna menahan lapar. Hingga aku, menginjak kan kaki di perguruaan tinggi disini lagi-lagi kondisi ekonomi kelurgaku kurang stabil karna biaya kuliah ku yang begitu membengkak.

Namun, semangat ke dua orang tua ku tak pernah padam untuk menyekolahkan ku mereka akan tetap mencari cara bagaimana bisa membayar uang kuliahku. Walaupu, aku sedih melihat mereka dengan banting tulang mencari biaya kuliah buat ku, aku tau setiap kesulitan pasti ada kemuduhan. Akan janji kepada mereka aku takakan mengecewakan pengorbanan mereka.aku akan bekerja keras dengan semangat yang tinggi dan ke uletan dalam belajar untuk masa depan aku dan keluargaku..

 

Pepatah pernah mengatakan,

“Akan ada pelangi setelah hujan,akan ada kebahagiaan setelah air mata”